REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gula menjadi salah satu bahan pangan yang disukai banyak orang. Gula kerap ditambahkan ke dalam makanan dan minuman untuk membuat rasa menjadi nikmat.
Tapi, tahukah Anda gula ternyata tidak memiliki kandungan gizi? Bahkan, jika dikonsumsi berlebih bisa membahayakan tubuh.
Dokter ahli gizi, Tan Shot Yen menjelaskan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI berbeda pendapat mengenai anjuran konsumsi gula. Kemenkes masih toleran dengan menganjurkan konsumsi gula tidak lebih dari 50 gram per hari.
Sementara itu, WHO menganjurkan asupannya kalau bisa kurang dari 25 gram per hari. WHO memberikan limit yang jauh lebih ketat dibandingkan pemerintah Indonesia.
Menurut dr Tan, masyarakat Indonesia suka salah mengerti dengan mengira gula harus dikonsumsi 50 gram. Padahal, semakin sedikit konsumsi gula, maka semakin baik.
"Bukan berarti manusia punya kebutuhan 50 gram atau empat sendok makan. Itu ngerinya bukan main. Itu artinya limit paling atas, bukan berarti itu jumlah gula yang harus kamu penuhi," ujar dr Tan dalam "Talkshow: The Hidden Crisis of Obesity", di Jakarta, Sabtu (4/3/2023).
Selain itu, hal ini diperberat oleh masyarakat kita masih hidup dengan mitos. Misalnya, kalau tidak pakai gula tidak ada tenaga, bisa klenger.
"Oh tidak, klenger itu karena dia tidak sarapan, bukan dibanjur pakai gula. Jadi supaya bertenaga pakai gula? Tentu tidak begitu," kata dr Tan.
Dr Tan menyebut gula rafinasi adalah "kalori kosong". Istilah ini mewakili makanan yang tinggi kalori, tetapi tidak memiliki nutrisi untuk tubuh.
"Gula membuat Anda kelihatannya punya kalori, tapi nilai gizinya nol," tambahnya.
Di sisi lain, makanan kemasan apapun ada tulisan angka kecukupan gizi (AKG), namun mengenai gula tidak ditulis. Gula, menurut dr Tan, sebenarnya kondimen, hanya membuat Anda bahagia karena memberikan rasa.
"Yang memberi rasa ini sebetulnya tidak harus rafinasi. Rasa bisa didapat dari wortel, apel, sawo, rambutan. Buah lokal kita luar biasa," ungkapnya.