REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Regulator AS mengatakan operasi Signature Bank ditutup pada Ahad (12/3/2023) lalu. Langkah ini dilakukan untuk melindungi konsumen dan sistem keuangan AS setelah runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB).
Regulator mengatakan nasabah Signature akan segera bisa mengakses dana mereka. "Semua deposan bank ini masih tetap utuh. Sama seperti resolusi Silicon Valley Bank, tidak ada kerugian yang ditanggung oleh pembayar pajak," kata regulator dikutip Fox Business, Ahad (12/3/2023).
Didirikan pada 2001, Signature Bank yang berbasis di New York populer di kalangan perusahaan kripto. Lembaga tersebut menyediakan layanan deposit untuk aset digital kliennya tetapi tidak memberikan pinjaman yang dijaminkan oleh mereka.
Menjelang keruntuhan SVB, Signature Bank mengatakan telah berusaha mengurangi simpanan tersebut. Pada Kamis lalu, Signature mengatakan berada dalam posisi keuangan yang terdiversifikasi dengan baik dan memiliki saldo simpanan terkait aset digital yang terbatas.
"Kami ingin menegaskan kembali bahwa Signature Bank adalah bank komersial layanan lengkap yang terdiversifikasi dengan baik dengan sejarah lebih dari dua dekade dan kinerja yang solid dalam melayani bisnis pasar menengah," kata Co-founder dan Chief Signature Bank Joseph J. DePaolo.
Menurut Joseph, bank telah membangun reputasi yang kuat dalam melayani klien komersial melalui sembilan lini bisnis. Aset bank saat iniencapai lebih dari 100 miliar dolar AS.
Di sisi lain, menurut undang-undang bank dengan aset lebih dari 50 miliar dolar AS dianggap berpotensi terlalu besar untuk gagal. Bank dengan aset jumbo harus tunduk pada serangkaian pengujian dan regulasi yang ketat.