Setelah matang, bambu tersebut dibelah dengan pisau. Lalu, isi ketan yang sudah terselimuti daun pisang dikeluarkan. Setelah itu tinggal membuat jadi potongan kecil untuk dipindahkan ke dalam piring. Lamang khas Minang pun siap disantap.
Vivi menyebut masyarakat Padang Besi terutama kalangan ibu-ibu sudah diajari cara memasak lamang dari orang tuanya sejak kecil. Dan kegiatan Malamang ini rutin dilakukan di hari-hari besar termasuk untuk menyambut Ramadhan.
Ketua RW 5 Kelurahan Padang Besi Zulfi Azwar mengatakan kegiatan Malamang ini selain untuk melaksanakan tradisi, juga sebagai ajang silaturahim sesama warga. Selama proses memasak lamang, warga saling bergotong royong sekaligus bercengkrama. Setelah lamang matang, nanti akan dibagikan kepada seluruh warga. Sehingga silaturahim antar warga terjalin dengan baik.
"Juga ajang saling bermaafan supaya kita menjalani bulan suci Ramadhan dalam keadaan bersih," ujar Zulfi.
Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang Muhammad Nasir mengatakan tradisi Malamang ini mulai diperkenalkan ulama besar asal Pariaman, Syekh Burhanuddin Ulakan (1646-1704). Syekh Burhanuddin kerap dijamu masyarakat setiap kali dia berdakwah.