Jumat 17 Mar 2023 12:27 WIB

Impor Beras Bakal Dibuka Bila Cadangan Beras Bulog Tetap Minim

Pemerintah akan memantau perkembangan produksi dalam negeri pada puncak panen raya.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Tumpukan karung berisi beras impor asal Vietnam di atas kapal MV Hoang Trieu 69 yang tiba di Pelabuhan Tenau Kupang, NTT, Jumat (13/01/2023). Perum Bulog NTT mendapatkan kiriman lima ribu ton beras asal Vietnam yang akan dimanfaatkan sebagai cadangan beras pemerintah sekaligus untuk menjaga ketahanan pangan di NTT. ANTARA  FOTO/Kornelis Kaha/tom.
Foto: ANTARA FOTO/Kornelis Kaha
Tumpukan karung berisi beras impor asal Vietnam di atas kapal MV Hoang Trieu 69 yang tiba di Pelabuhan Tenau Kupang, NTT, Jumat (13/01/2023). Perum Bulog NTT mendapatkan kiriman lima ribu ton beras asal Vietnam yang akan dimanfaatkan sebagai cadangan beras pemerintah sekaligus untuk menjaga ketahanan pangan di NTT. ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/tom.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah bakal membuka kembali keran impor bila cadangan beras pemerintah (CBP) tetap minim dan tak bisa dipenuhi produksi dalam negeri. Namun Badan Pangan Nasional (NFA) menegaskan, pemerintah akan memantau perkembangan produksi dalam negeri pada puncak panen raya Maret-Mei sebelum impor diputuskan.

"Kita mengutamakan produksi dalam negeri, kita akan hitung tiga bulan lagi, apakah cukup? Kalau cukup ya sudah tidak ada diskusi (impor) lagi. Tapi kalau tidak cukup kita antisipasi," kata Kepala NFA saat ditemui di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (17/3/2023).

Baca Juga

Sejauh ini, tercatat total cadangan beras Perum Bulog hanya 280 ribu ton terdiri dari cadangan beras pemerintah (CBP) dan beras komersial. Dengan stok yang minim itu, Bulog telah ditugaskan untuk menyalurkan bantuan sosial kepada 21,3 juta keluarga penerima manfaat selama tiga bulan dengan perkiraan kebutuhan total 640 ribu ton.

Di satu sisi, stabilisasi harga beras harus terus dilakukan Bulog dengan perkiraan rata-rata kebutuhan bulanan mencapai 200 ribu ton.