REPUBLIKA.CO.ID, Pada 2003 mantan presiden AS, George W Bush membuat keputusan untuk menggulingkan Saddam Hussein secara paksa, dan menginvasi Irak. Invasi tersebut menjadi salah satu penyebab ketidakstabilan politik dan sosial di Irak yang berlangsung hingga saat ini.
Pengamat Timur Tengah, Smith Alhadar pada Jumat (17/3/2023) berbincang dengan Republika.co.id mengenai situasi terkini Irak serta dampaknya terhadap kawasan Timur Tengah dan global.
Setelah 20 tahun invasi AS, situasi Irak masih tidak stabil, bagaimana ini bisa terjadi?
Pertama kita mesti ingat bahwa invasi AS ke Irak menimbulkan pergolakan politik dan sosial yang luar biasa. Invasi itu menjatuhkan Saddam Hussein yang merupakan representasi dari Muslim Sunni. Jatuhnya Saddam Hussein membuat pemerintahan Syiah berkuasa. Namun berkuasanya pemerintahan Syiah juga tidak membuat politik Irak stabil, karena ada pertentangan antar kelompok Syiah.
Kemudian pada 2014, dengan memanfaatkan kekacauan kelompok ISIS memproklamirkan berdirinya negara kekhalifahan di Irak dan Suriah timur laut. Kemudian karena Pemerintah Irak tidak stabil, berlangsung perang antara Irak yang dibantu dengan pasukan AS melawan ISIS. Selama masa perang itu, Irak tidak punya sumber daya alam untuk mensejahterakan rakyatnya.
Apa yang menyebabkan ketidakstabilan politik Irak?
Stabilitas politik di Iran tidak bisa tercapai karena ada faksi-faksi yang berseteru di dalam kubu Syiah. Misalnya antara faksi Syiah pendukung Iran melawan faksi-faksi Syiah yang mendukung Muqtada Al Sadr.
Perkembangan terakhir, faksi Al Sadr memenangkan kursi parlemen tapi tidak memiliki cukup dukungan untuk memimpin Irak, akibatnya terjadi bentrok antara pendukung Al Sadr dengan pendukung faksi Syiah lainnya.
Selain itu, di Irak ada pangkalan AS. Mereka itu berkonflik dengan milisi Syiah dukungan Iran yang bersenjata, dan kadang Iran terlibat konflik langsung dengan (pasukan) AS di Irak, sehingga timbul perang skala kecil dan bersifat sementara.
Bagaimana dampak invasi AS ke Irak terhadap kawasan Timur Tengah?
Kekuatan negara Arab melemah. Ketika Saddam Hussein berjaya, Irak terdepan dalam membendung pengaruh Iran ke dunia Arab. Tapi ketika Irak jatuh dan berada dalam kekuasaan Iran, kemudian Iran bangun koalisi dengan Suriah dan Lebanon, terutama ketika perang saudara pecah di yaman, maka negara-negara Arab kehilangan kekuatannya dalam menghadapi Iran. Iran secara militer memang jauh lebih unggul.
Dampak lainnya yaitu kekuatan negara Arab menghadapi Israel lemah. Di bawah pemerintahan Saddam Hussein, militer Irak sangat terkemuka. Bahkan Irak bisa membangun rudal sendiri.
Banyak akademisi dan ilmuwan Irak yang bekerja untuk kepentingan militer Irak, melarikan diri ke luar negeri ketika perang, sehingga Irak tidak punya sumber daya manusia yang mumpuni untuk membangun negaranya.
Selain itu, apakah ada dampak lainnya?
Turki juga kena dampak. Ketika Saddam Hussein jatuh, suku Kurdi menjadi independen dan punya wilayah otonomi. Mereka kemudian membentuk kelompok Partai Pekerja Kurdi (PKK) dan angkat senjata untuk lawan pemerintah Turki. Kurdi menyebar ke Irak utara hingga Suriah timur laut, sehingga membuat Turki sulit melakukan perlawanan.
Turki punya pangkalan di Irak dan Suriah. Tapi mereka tidak bisa melawan Kurdi karena menimbulkan masalah internasional. Turki bisa dituduh melanggar hukum internasional karena berkaitan dengan kedaulatan suatu negara.
Iran juga mendapat masalah karena Israel manfaatkan Kurdi. Israel bangun markas di wilayah Kurdi memata-matai Irak dan melatih orang-orang Kurdi untuk bertempur. Suku Kurdi ini menyebar di Irak, Iran, Turki, dan Suriah. Suku kurdi dimanfaatkan oleh kekuatan luar sebagai proksi untuk mengejar kepentingan sendiri.
Bagaimana dampak invasi AS ke Irak terhadap situasi global?
Irak adalah produsen minyak dan gas terbesar di dunia. Sebelum perang Irak merupakan eksportir minyak terbesar kedua setelah Saudi. Perang Ukraina menimbulkan krisis energi, karena NATO dan sekutu membatasi suplai migas Rusia ke Eropa untuk melemahkan kemampuan Rusia.
Menipisnya pasokan energi Rusia ke Eropa menyebabkan krisis. Eropa ingin mendapatkan suplai migas dari negara Teluk. Irak mendapatkan manfaat dari kenaikan harga migas, tapi kapasitasnya tidak maksimal karena infrastruktur yang rusak akibat perang, sehingga kapasitas maksimal tidak bisa dipenuhi untuk kebutuhan minyak eropa dan negara lain.
Hal itu menyebabkan ketergantungan negara di luar Teluk terutama Eropa kepada negara Teluk yaitu Saudi, Qatar, UEA, dan Bahrain. Iran punya cadangan energi yang besar. Tapi karena sanksi AS, Iran tidak bisa menjual minyak secara bebas ke Barat. Jika kemampuan ekspor minyak Iran dan Irak tidak terbatas maka akan terjadi diversifikasi pasokan minyak ke Eropa.
Secara ekonomi, sejauh mana invasi AS ini merugikan Irak?
Irak sampai sekarang ini menghadapi kesulitan ekonomi dan politik. Irak tidak bisa menjual minyak karena infrastrukturnya banyak yang rusak, sehingga kemiskinan meningkat, pengangguran juga meningkat, dan pelayanan publik lemah.
Irak terkena embargo total pada 1990 karena invasi ke Kuwait. Kemudian terjadi perang antara Irak melawan tentara multinasional pimpinan AS. Irak kalah dan dijatuhi sanksi ekonomi dengan tujuan menjatuhkan Saddam Hussein. Sementara dampak politik dan sosial sangat besar karena Irak tidak bisa mengekspor minyak.
Terkait dengan pemulihan hubungan Iran dan Saudi, apa keuntungannya bagi Irak?
Setelah Saddam Hussein jatuh, Irak merasa seperti bangsa yang diinjak-injak. Jika permusuhan Iran dan Saudi terus berlangsung, maka Irak akan semakin tidak stabil. Dengan pemulihan hubungan Saudi dan Iran, maka keinginan Irak untuk masuk sepenuhnya ke kubu Arab akan terpenuhi. Selain itu, suplai listrik Irak juga bergantung kepada Iran.