JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Pakar Bangunan Tahan Gempa Universitas Islam Indonesia (UII), Prof Ir H Sarwidi, MSCE, PhD, IP-U, A-Utama mengungkapkan minimal ada tiga konsep bangunan aman dari goncangan gempa yang komprehensif. Pertama, mengikuti kondisi alam sesuai dengan tata ruang yang mengadaptasi pertimbangan bencana gempa. Kedua, menggunakan konsep elemen struktur bangunan tahan gempa. Ketiga, mempertimbangkan aspek ramah gempa untuk elemen non-struktur, arsitektural, dan elemen-elemen pendukungnya.
Guru besar senior bidang rekayasa kegempaan/bangunan tahan gempa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII Yogyakarta mengungkapkan hal tersebut pada peletakan batu pertama pembangunan Asrama Mahasiswa Rokan Hulu di Yogyakarta, Sabtu (18/3/2023). Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu membangun Asrama Mahasiswa berlantai dua di Jalan Sorosutan, Kapanewon Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
BACA JUGA : Pusat Gempa di Darat Sebabkan Guncangan Lebih Dahsyat, Ini Penjelasan Pakar UGM
"Ketiga konsep tersebut sangat penting diterapkan untuk mengupayakan secara maksimal keselamatan penghuni dan para tamunya, manakala terjadi guncangan gempa kuat yang sewaktu-waktu dapat terjadi," kata Sarwidi yang juga sebagai Pengarah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI ini.
Dijelaskan Sarwidi, DIY dan sekitarnya merupakan wilayah yang mempunyai potensi sumber-sumber gempa, baik dari mekanisme subduksi pelat tektonik di lepas pantai selatan maupun sesar-sesar tektonik. Artinya, semua wilayah DIY rawan terhadap ancaman bencana gempa bumi dan juga rawan terhadap jenis bencana alam lainnya.
Karena itu, saran Sarwidi, pembangunan infrastruktur di wilayah ini harus mengadaptasi dengan kondisi alam yang rawan gempa. UUD Negara Republik Indonesia secara implisit mengungkapkan, negara berkewajiban memberikan rasa aman bagi semua warganya, tentu saja termasuk dalam hal keamanan terhadap ancaman bencana gempa.
Pendekatan terkini, kata Sarwidi, antisipasi terhadap ancaman bencana menggunakan cara penanggulangan bencana yang terukur, yaitu menggunakan pendekatan pengurangan risiko bencana (PRB). Upaya PRB, dilakukan antar unsur penta-helix (lima unsur: pemerintah, masyarakat, dunia/pelaku usaha, media massa, dan akademisi) harus bersinergi untuk mempercepat dan mendapatkan hasil yang maksimum.
BACA JUGA : Tim Peneliti UGM dan Jepang Sosialisasi Mitigasi Bencana Erupsi Gunung Agung Bali
"Pemerintah menjadi penanggung jawab utama penanggulangan bencana disertai dengan dukungan penuh dari unsur-unsur penta-helix lainnya. Sebab dampak bencana akan dirasakah oleh semua unsur. Sehingga upaya penanggulangan bencana menjadi kewajiban bersama," katanya.
Menurut Sarwidi, dirinya, para akademisi dan praktisi rekayasa kegempaan yang tergabung dalam komunitas BARRATAGA (Bangunan Rumah Rakyat Tahan Gempa) dan Museum Gempa Prof Dr. Sarwidi (MUGESA) yang merupakan unsur masyarakat dan akademisi merasa terpanggil untuk mendukung unsur pemerintah. Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu, Riau yang berkeinginan membangun bangunan asrama mahasiswa putra dan putri Rokan Hulu di Kota Yogyakarta. Karena itu, Sarwidi yang dimintai pertimbangan menyarankan agar mengguna dengan konsep bangunan aman gempa yang komprehensif.
Sementara Bupati Rokan Hulu, Letkol Arh (Purn) H Sukiman mengatakan Asrama Mahasiswa Rokan Hulu ini dibangun di atas tanah seluas 400 meter persegi. Bangunan Asrama Mahasiswa terdiri dari dua lantai, lantai satu seluas 125 meter persegi, dan lantai dua juga 125 meter persegi. Asrama Mahasiswa ini memiliki sembilan kamar tidur masing-masing berukuran 3x3 m, aula, kamar mandi, dapur, tempat parkir dan halaman.
"Konstruksi bangunan menggunakan konsep bangunan aman gempa di Yogyakarta. Ini penting, sebab tadi malam (Jumat 17/3/2023,red) kami sudah merasakan ada gempa," kata Sukiman yang didampingi Kabupaten Rokan Hulu, Novli Wanda Ade Putra, ST, MSi; dan Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Rokan Hulu, Herry Islami, ST, MT.
Pembangunan Asrama Mahasiswa ini menggunakan dana APBD Kabupaten Rokan Hulu sebesar Rp 1,3 miliar. Bupati berharap kehadiran Asrama ini dapat digunakan sebagai sarana untuk menjaga silaturahmi antar mahasiswa Rokan Hulu yang ada di Yogyakarta.
"Saat ini ada sekitar 300 mahasiswa Rokan Hulu yang sedang menempuh pendidikan di berbagai perguruan tinggi Yogyakarta. Walaupun kecil, kami mengharapkan bangunan harus tahan gempa. Kita mudah membangun, tetapi yang sulit itu merawatnya," kata Sukiman. (*)
BACA JUGA : Konsorsium Perguruan Tinggi Sosialisasikan Budaya Tangguh Bencana, Ini Maksudnya
Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].