Senin 20 Mar 2023 10:21 WIB

Rupiah Turun di Tengah Ekspektasi AS tak Agresif Naikkan Suku Bunga

Rupiah tergelincir 17 poin atau 0,11 persen ke posisi Rp 15.362 per dolar AS.

Pegawai menghitung uang Rupiah di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Kamis (25/8/2022). Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan menurun, di tengah ekspektasi pasar bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS) tidak agresif lagi menaikkan suku bunga acuan.
Foto: ANTARA/Aprillio Akbar
Pegawai menghitung uang Rupiah di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Kamis (25/8/2022). Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan menurun, di tengah ekspektasi pasar bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS) tidak agresif lagi menaikkan suku bunga acuan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan menurun, di tengah ekspektasi pasar bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS) tidak agresif lagi menaikkan suku bunga acuan akibat krisis perbankan di AS. Rupiah pada Senin (20/3/2023) pagi dibuka tergelincir 17 poin atau 0,11 persen ke posisi Rp 15.362 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 15.345 per dolar AS.

"Rupiah berpeluang menguat terhadap dolar AS seiring dengan ekspektasi bahwa kenaikan suku bunga acuan AS tidak agresif lagi akibat krisis perbankan di AS," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Senin.

Baca Juga

Ariston mengatakan data ekonomi AS yang dirilis Jumat lalu, seperti data produksi industri Februari 2023 dan data survei tingkat keyakinan konsumen Maret 2023 yang menunjukkan penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, menambah ekspektasi pasar tersebut.

"Ekonomi AS sedang tidak baik, sehingga akan sulit menerima suku bunga yang tinggi," ujarnya.

Selain itu, berita soal rencana pengambilalihan Bank Credit Suisse di Swiss yang sedang bermasalah oleh Bank UBS membantu memberikan sentimen positif ke pasar pagi ini. Aksi tersebut bisa membantu mencegah Bank Credit Suisse bangkrut dan menyebabkan krisis perbankan lagi.

Sementara dari domestik, berita tentang Indonesia berhasil mengantongi devisa hasil ekspor (DHE) sebesar 173 juta dolar AS, mungkin bisa membantu penguatan rupiah terhadap dolar AS.

Ariston memprediksi peluang penguatan rupiah ke arah Rp 15.280 per dolar AS, dengan potensi resisten di sekitar Rp 15.400 per dolar AS. Pada Jumat (17/3/2023) rupiah ditutup naik 44 poin atau 0,29 persen ke posisi Rp 15.345 per dolar AS.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement