REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bonus demografi yang digadang-gadang akan terjadi pada 2035 akan menentukan nasib Bangsa Indonesia pada masa yang akan datang. Berdasarkan keterangan Kepala BKKBN, Dr Hasto Wardoyo, pada tahun tersebut terdapat aging population dengan pendidikan rendah dan ekonomi menengah ke bawah. Jika generasi di bawahnya mengalami stunting maka Indonesia Emas 2045 akan sulit tercapai.
“Stunting itu gagal tumbuh (fisik) dan gagal berkembang. Stunting itu pasti pendek, tapi pendek belum tentu stunting. Cirinya, kemampuan intelektualnya tidak bisa bersaing. Orang stunting kurang beruntung, biasanya pada hari tuanya kena penyakit serangan jantung, tekanan darah, dan kencing manis”, terang Hasto pada Pelucuran Program #CukupDuaTelur Semesta Mencegah Stunting di Menara Kompas, Selasa (21/3/2023).
Saat ini, prevalensi stunting di Indonesia masih mencapai 21,6 persen. Angka tersebut di bawah tahun 2021 dengan prevalensi 24,4 persen. Presiden Joko Widodo menargetkan, pada tahun 2024, prevalensi angka stunting turun ke angka maksimal 14 persen. Angka tersebut dapat dicapai jika hingga akhir tahun 2023 angkanya bisa mencapai 17 persen.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D. menuturkan, pihaknya telah bekerja sama dengan BKKBN dan K/L lainnya untuk bersama-sama bergotong royong mencegah stunting di tanah air. Dirinya menuturkan, BPIP memiliki kekuatan Paskibraka dan Purnapaskibraka yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Para Paskibraka tersebut berperan sebagai role model di tengah lingkungan masyarakat.
“Kita gerakan Paskibraka untuk berperan lebih. Bukan hanya bertugas saat upacara bendera saja, melainkan menjadi Duta Pancasila yang tanggap terhadap permasalahan di lingkungannya. Sasaran pencegahan stunting adalah generasi muda saat ini. Maka kita gerakan Paskibraka untuk menjelaskan stunting kepada kawan-kawannya di sekolah-sekolah sebagai tokoh milenial yang responsif terhadap masalah yang dihadapinya”, ungkap Prof. Yudian seperti dam siaran persnya.
Upaya lain yang sudah dilakukan BPIP dalam pencegahan stunting, pada tataran internal, BPIP telah berkomitmen dan siap menjadi kakak, ibu, dan bapak asuh yang terjun ke lapangan, memberi edukasi, serta mengajak masyarakat untuk menjaga pola hidup bersih dan sehat, membangun keluarga sebagai komunitas terkecil dari Bangsa Indonesia.
Prof. Yudian juga mengajak kampus-kampus dan mahasiswa untuk turut serta ambil bagian sebagai agen perubahan dengan terjun ke lapangan, melakukan sosialisasi dan edukasi terkait stunting dan pencegahannya. Salah satunya dengan upaya-upaya inisiasi mengonsumsi protein hewani yang baik bagi perkembangan otak manusia, seperti telur dan ikan.
“Saya mengajak kampus-kampus dan adik-adik mahasiswa, melalui program KKN kita bisa kerja sama dengan BKKBN, dengan BPIP untuk melaksanakan KKN Tematik pencegahan stunting”, ajaknya.
Sementara itu, Anggota Komisi IX DPR RI, Krisdayanti mengungkapkan, dirinya bersama 50 anggota Komisi IX konsen terhadap masalah stunting dengan sosialisasi, komunikasi, dan edukasi yang kerap dilakukan di daerah-daerah pemilihan.
“Sebagai seorang ibu dan nenek, saya juga memiliki tanggung jawab untuk memberi kualitas hidup yang baik kepada anak dan cucu. Sebagai wakil rakyat, saya bersama Komisi IX dan mitra kerja berkomitmen bergotong royong menuntaskan persoalan stunting di Indonesia dengan target penurunan hingga 14 persen pada tahun 2024”, ungkapnya.