Kamis 23 Mar 2023 14:16 WIB

Di Dunia Ini Manusia Dituntut untuk Belajar Sepanjang Hayatnya 2 Perkara Berikut 

Manusia mesti belajar untuk senantiasi menekan ego pribadinya

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
Berdoa agar Allah SWT bantu menaklukkan ego. (Ilustrasi) Manusia mesti belajar untuk senantiasi menekan ego pribadinya
Foto: Republika/Thoudy Badai
Berdoa agar Allah SWT bantu menaklukkan ego. (Ilustrasi) Manusia mesti belajar untuk senantiasi menekan ego pribadinya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sifat egois bisa mendorong seseorang merasa bahwa dirinya dan yang telah diperbuatnya adalah yang paling benar. Padahal, kita semua wajib memahami bahwa manusia itu tidak sempurna dan tempatnya salah. Karena itu, sifat seperti ini perlu dikurangi.

Dalam buku “Obrolan Sufi”, Robert Frager atau yang dikenal juga sebagai Syekh Ragip Frager menjelaskan bahwa keberadaan manusia di dunia untuk belajar dua hal, yaitu belajar mengurangi sifat egois dan belajar mencintai.

Baca Juga

Syekh Ragip menjelaskan, kedua pembelajaran itu saling berkaitan. Karena, semakin manusia tidak egois dan semakin tidak mementingkan diri sendiri, maka akan semakin mampu mencintai orang lain, dan akhirnya semakin dekat kepada Tuhan.

“Sesungguhnya inti pengembangan jati diri kemanusiaan adalah hilangnya kebanggaan diri (narsisme) dan egotisme,” tulis Syekh Ragip.

Dia pun menggambarkan hal itu seperti bayi yang baru lahir. Menurut dia, manusia memulai kehidupan sebagai narsisis murni. Pada saat lahir di dunia ini, manusia tidak mengetahui bahwa ada dunia di luar sana yang terpisah darinya.

Baca juga: Perang Mahadahsyat akan Terjadi Jelang Turunnya Nabi Isa Pertanda Kiamat Besar?

Bagi seorang bayi, semuanya adalah tentang “aku”. Akhirnya sang bayi memilah dunia ke dalam dua kategori, aku dan bukan-aku. Menurut Syekh Ragip, pemilahan atau dikotomi inilah yang diatasi para penempun spiritual ketika mereka mengalami penyatuan.

Beberapa tahun lalu, sebuah buku berjudul Looking Out for #1  karya Robert J Tinger menjadi buku paling laris. Popularitas buku-buku sejenis itu menjadi gambaran yang menyedihkan di tengah masyarakat modern.

Bagi masyarakat modern saat ini nomor satu bukanlah Tuhan, tapi ego. Karena itu, menurut Syekh Ragip, tak mengherankan jika kita melihat begitu banyak perceraian dan begitu banyak kejahatan yang dilakukan berbagai kalangan, mulai para bankir hingga para politisi yang tidak beretika.    

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement