REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sifat egois bisa mendorong seseorang merasa bahwa dirinya dan yang telah diperbuatnya adalah yang paling benar. Padahal, kita semua wajib memahami bahwa manusia itu tidak sempurna dan tempatnya salah. Karena itu, sifat seperti ini perlu dikurangi.
Dalam buku “Obrolan Sufi”, Robert Frager atau yang dikenal juga sebagai Syekh Ragip Frager menjelaskan bahwa keberadaan manusia di dunia untuk belajar dua hal, yaitu belajar mengurangi sifat egois dan belajar mencintai.
Syekh Ragip menjelaskan, kedua pembelajaran itu saling berkaitan. Karena, semakin manusia tidak egois dan semakin tidak mementingkan diri sendiri, maka akan semakin mampu mencintai orang lain, dan akhirnya semakin dekat kepada Tuhan.
“Sesungguhnya inti pengembangan jati diri kemanusiaan adalah hilangnya kebanggaan diri (narsisme) dan egotisme,” tulis Syekh Ragip.
Dia pun menggambarkan hal itu seperti bayi yang baru lahir. Menurut dia, manusia memulai kehidupan sebagai narsisis murni. Pada saat lahir di dunia ini, manusia tidak mengetahui bahwa ada dunia di luar sana yang terpisah darinya.
Baca juga: Perang Mahadahsyat akan Terjadi Jelang Turunnya Nabi Isa Pertanda Kiamat Besar?
Bagi seorang bayi, semuanya adalah tentang “aku”. Akhirnya sang bayi memilah dunia ke dalam dua kategori, aku dan bukan-aku. Menurut Syekh Ragip, pemilahan atau dikotomi inilah yang diatasi para penempun spiritual ketika mereka mengalami penyatuan.
Beberapa tahun lalu, sebuah buku berjudul Looking Out for #1 karya Robert J Tinger menjadi buku paling laris. Popularitas buku-buku sejenis itu menjadi gambaran yang menyedihkan di tengah masyarakat modern.
Bagi masyarakat modern saat ini nomor satu bukanlah Tuhan, tapi ego. Karena itu, menurut Syekh Ragip, tak mengherankan jika kita melihat begitu banyak perceraian dan begitu banyak kejahatan yang dilakukan berbagai kalangan, mulai para bankir hingga para politisi yang tidak beretika.