REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Kepungan aksi massa disertai kekerasan di jalanan membuat Raja Inggris, Charles, Jumat (24/3/2023) membatalkan kunjungan ke Prancis yang dijadwalkan akhir pekan ini. Aksi disertai kekerasan menentang aturan baru perpanjangan masa pensiun pekerja dari 62 menjadi 64 tahun.
Presiden Prancis Emmanuel Macron tetap pada keputusannya meski unjuk rasa merebak di seantero Prancis. Penundaan kunjungan, atas permintaan Macron, mempermalukan pemimpin Prancis itu. Padahal kunjungan Charles langkah simbolik perbaikan hubungan dua negara. Hubungan Prancis-Inggris memburuk setelah Inggris keluar Uni Eropa.
Semula, Charles dijadwalkan ke Prancis pada Ahad (26/3/2023) dalam kunjungan negara selama tiga hari. Ini mestinya menjadi perjalanan pertama setelah ia menggantikan posisi ibunya, Ratu Elizabeth. Kunjungan raja seharusnya juga mencakup perjamuan mewah di Istana Versailles.
’’Anda lihat situasi terkait unjuk rasa ini,’’ ujar Macron dalam konferensi pers saat berkunjung ke Brussels, Belgia. Ini situasi serius untuk menerima kunjungan negara. Apalagi serikat pekerja bertekad melakukan demonstrasi di seluruh negeri.
’’Berdasarkan rasa persahabatan dan penilaian umum, mendorong kami untuk meminta agar kunjungan ditunda,’’ ujar Macron.
Seorang juru bicara Pemerintah Inggris menuturkan, penundaan berdasarkan pertimbangan semua pihak.’’Setelah Macron meminta Pemerintah Inggris menunda kunjungan tersebut,’’ ujar juru bicara tersebut.
Juru bicara Istana Buckingham pun bersuara. Ia mengatakan, raja dan istrinya akan menjadwal ulang kunjungan ke Prancis segera setelah tanggal baru ditetapkan. Merujuk jadwal sebelumnya, dari Prancis sang raja melanjutkan perjalanan menuju Jerman. Kunjungan ke Jerman akan sesuai jadwal.
Kelompok massa anarkis berpakaian hitam di jalanan bentrok dengan polisi selama beberapa jam di Paris, Kamis. Mereka menyerbu restoran McDonald, menghancurkan halte bus, dan membakar gundukan sampah yang menumpuk selama pemogokan.
"Raja berhak (tidak datang)," kata Dorian Ginggen, yang berdemonstrasi di Paris. "Prancis berbahaya saat ini, dengan adanya protes. Dan pada saat yang sama dia harus memahami Prancis harus didengar (oleh pemerintahnya).’’
Di Bordeaux, salah satu daerah penghasil anggur terkenal di Prancis dan tempat yang juga diharapkan dikunjungi Charles, pengunjuk rasa membakar pintu masuk balai kota.