REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Orang yang berakal sempurna dan beruntung sejatinya adalah mereka yang senantiasa mengoreksi diri, mengingat kematian, serta meningkatkan amal dan ketakwaannya.
Rasulullah SAW menyebut orang yang berakal sempurna adalah yang senantiasa mengoreksi diri sendiri dan memperbaiki diri dengan menambah amal-amal sebagai bekal menghadapi kematian dan kehidupan setelah mati.
عن ابي يعلى شداد ابن اوس رضي الله عنه قال قال رسول الله ص م الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ ، وَعَمِلَ لِمَا بعدَ المَوتِ ، والعَاجِزُ مَنْ أتْبَعَ نَفْسَهُ هَواهَا وَتَمنَّى عَلَى اللهِ الاَمَانِيَّ (رواه الترميذي)
Dari Abu Ta'ala Syidad bin Aus radhiAllah anhu berkata, bersabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam: “Orang yang sempurna akalnya ialah yang mengoreksi dirinya dan bersedia beramal sebagai bekal setelah mati. Dan orang yang rendah adalah yang selalu menurutkan hawa nafsunya. Disamping itu, ia mengharapkan berbagai angan-angan kepada Allah.” (HR Tirmidzi).
Dalam kitab at-Tadzkirah karya Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin Farh al-Anshari al-Khazraji, Al-Andalusi, al-Qurthubi atau dikenal dengan sebutan Imam Qurthubi tepatnya pada Babu Dzikril Mauti Wa Fadhlihi Wal Isti'dadi Lahu atau Bab tentang mengingat kematian dan fadilah mengingat kematian dan persiapan menghadapi kematian dijelaskan, Abu Ubaid Al Qasim bin Salim al Baghdadi mengatakan mengoreksi diri itu maksudnya menundukan diri sehingga mau beribadah kepada Allah SWT dan mengerjakan amal-amal saleh sebagai bekal setelah mati dan ketika menghadap Allah SWT.
Baca juga: Perang Mahadahsyat akan Terjadi Jelang Turunnya Nabi Isa Pertanda Kiamat Besar?
قال أبو عبيد: دان نفسه : أي أذلها واستعبدها، يقال: دنته ، أدينه إذ أذللته، فيذل نفسه في عبادة الله تعالى عملا يعده لما بعد الموت، ولقاء الله تعالى، وكذلك يحاسب نفسه على ما فرط من عمره، ويستعد لعاقبة أمره، بصالح عمله، والتنصل من سالف زلله، وذكر الله تعالى، وطاعته في جميع أحواله، فهذا هو الزاد ليوم المعاد.
Abu Ubaid berkata bahwa mengintrospeksi diri, maksudnya mengendalikan dan menundukan diri sehingga mau beribadah kepada Allah SWT serta mengerjakan amal saleh sebagai bekal setelah mati dan ketika menghadap Allah SWT, tidak menyia-nyiakan umur yang diberi Allah SWT, serta mengingat dan selalu patuh kepada Allah SWT dalam berbagai situasi dan kondisi. Semua hal itu merupakan bekal di akhirat.
Sementara itu orang yang bodoh dan lemah adalah mereka yang sedikit melakukan amal dan kurang ketaatannya kepada Allah. Mereka selalu menuruti hawa nafsu dan berangan-angan agar Allah mengampuni dosa-dosanya. Orang seperti ini termasuk golongan orang yang lalai. Wallahu'alam