Rabu 29 Mar 2023 09:25 WIB

Bank Dunia Beri Hibah Rp 3,1 Triliun untuk Atasi Krisis Pangan Yaman

Sekitar 1,8 juta keluarga di Yaman akan memperoleh manfaat dari hibah tersebut.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Orang-orang yang terkena dampak konflik menunggu untuk mendapatkan jatah makanan darurat di tengah kerawanan pangan, di provinsi Amran, Yaman, 08 Desember 2022 (diterbitkan 12 Desember 2022).  Bank Dunia telah mengumumkan pemberian hibah sebesar 207 juta dolar AS untuk mengatasi ketahanan pangan dan malnutrisi di Yaman.
Foto: EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Orang-orang yang terkena dampak konflik menunggu untuk mendapatkan jatah makanan darurat di tengah kerawanan pangan, di provinsi Amran, Yaman, 08 Desember 2022 (diterbitkan 12 Desember 2022). Bank Dunia telah mengumumkan pemberian hibah sebesar 207 juta dolar AS untuk mengatasi ketahanan pangan dan malnutrisi di Yaman.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Bank Dunia telah mengumumkan pemberian hibah sebesar 207 juta dolar AS atau setara Rp3,1 triliun (dengan kurs Rp15.058 per dolar AS) untuk mengatasi ketahanan pangan dan malnutrisi di Yaman. Konflik yang sudah berlangsung sejak 2014 telah memicu krisis pangan di negara tersebut.

Hibah untuk Yaman dikucurkan oleh Asosiasi Pembangunan Internasional Bank Dunia. Menurut Bank Dunia, sekitar 1,8 juta keluarga di Yaman akan memperoleh manfaat dari hibah tersebut.

Baca Juga

“Hibah juga akan mendukung rumah tangga miskin dan rentan yang menghadapi berbagai krisis yang tumpang tindih, termasuk konflik, inflasi harga pangan, keadaan darurat terkait iklim seperti banjir Agustus-September 2022, dan konsekuensi dari pandemi Covid-19,” kata Bank Dunia dalam keterangannya, dikutip laman Middle East Monitor, Selasa (28/3/2023).

Konflik di Yaman secara luas dilihat sebagai perang proksi antara Arab Saudi dan Iran. Perang Yaman mulai berkecamuk sejak kelompok pemberontak Houthi mengambil alih kontrol ibu kota Sanaa pada September 2014. Houthi disebut memperoleh dukungan dan sokongan dari Iran.

Pada 2015, Saudi memimpin koalisi untuk melakukan intervensi militer di Yaman dan memberikan dukungan pada pasukan pemerintah. Saudi memiliki kekhawatiran terhadap Houthi. Ia memandang kelompok pemberontak itu sebagai ancaman terhadap keamanannya. Houthi memang telah beberapa kali melancarkan serangan udara dan drone ke Saudi. Itu menjadi respons mereka terhadap intervensi militer Riyadh di Yaman.

Menurut PBB, perang di negara tersebut telah merenggut 223 ribu nyawa. Dari 30 juta penduduknya, 80 persen di antaranya kini bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup. PBB telah menyatakan bahwa krisis Yaman merupakan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia. 

Pada 10 Maret lalu, Saudi dan Iran telah mengumumkan kesepakatan pemulihan hubungan. Hal itu diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan pada penyelesaian konflik Yaman.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement