REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Berbagai tindak kejahatan terjadi di DIY dalam beberapa pekan terakhir, termasuk kejahatan jalanan (klitih) yang kembali marak. Hal ini pun menjadi keprihatinan dari berbagai pihak.
"Saya kira yang menjadi keprihatinan akhirnya multi kompleks, tidak hanya klitih (kejahatan jalanan) saja, tapi ada pembegalan, mutilasi dan sebagainya. Itu (tindak kejahatan) mungkin akhir Ramadhan atau menghadapi idul Fitri, dinamika itu mungkin akan meningkat juga, mungkin ada pencurian, pencopetan dan sebagainya," kata Anggota Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta, Akhir Lusono kepada Republika, Rabu (29/3/2023).
Lusono menyebut, pencegahan atau antisipasi terhadap meningkatnya tindak kejahatan ini harus dilakukan dari tingkat paling bawah, yakni masyarakat. Menurutnya, kegiatan-kegiatan maupun pengawasan seperti ronda di masyarakat harus dimunculkan kembali.
Ia melihat saat ini kegiatan-kegiatan di masyarakat ini sudah mulai kendor. Padahal, kegiatan tersebut dapat mendeteksi sejak dini potensi-potensi kejahatan, sehingga dapat dicegah diawal.
"Hal-hal yang pernah dilakukan itu kalau sekarang sudah tidak ada, dimunculkan lagi. Misalnya ronda-ronda di perkampungan, pedesaan, di perkotaan, itu digiatkan lagi," ujarnya yang juga Wakil Sekretaris Lembaga Seni Budaya Pimpinan Pusat Muhammadiyah tersebut.
Selain itu, Lusono juga menekankan agar fungsi dan peran dari Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas) juga dioptimalisasikan. Menurutnya, peran Satlinmas masih belum optimal, dan ia melihat pengawasan maupun patroli yang dilakukan Satlinmas hanya di jam-jam tertentu.
Padahal, Satlinmas juga memiliki peran untuk mendeteksi potensi-potensi kejahatan, termasuk kejahatan jalanan. "Bagaimana optimalisasi Satlinmas untuk bisa mencegah itu, misalnya personelnya ditambah, waktunya juga ditambah misalnya hanya malam sampai pagi dini hari. Meski sekarang sudah ada patroli mobil keliling, itu sudah bagus tapi perlu ditambah lagi," ujarnya.