REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ustadz Adi Hidayat menjadi penceramah dalam Pengajian Ramadhan 1444 Hijriyah yang diadakan oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) belum lama ini. Adi mengajak masyarakat menyikapi dengan bijak dan memiliki sifat berkemajuan.
Adi mengatakan ada beberapa pilihan dalam mempraktikkan ajaran-ajaran Islam, yang dikenal dengan istilah manhaj. Namun, ketika seorang muslim sudah memilih salah satu dari pilihan tersebut, menjadi lebih dikenal dengan istilah mazhab.
"Mazhab bukanlah sebuah kelompok. Jika didefinisikan, mazhab merupakan apa yang dicenderungi untuk diambil. Karena jika kita lihat sejarahnya, Rasulullah di semasa hidupnya telah mengajarkan semua hal terkait Islam. Setelah beliau wafat, baru kemudian umat Islam berpencar ke empat wilayah besar dan ada 130 sahabat nabi yang berfatwa di berbagai wilayah ini," kata Adi dalam keterangan tertulis.
Menurutnya, menjadi hal yang wajar jika umat Islam hanya mengambil salah satu dari empat mazhab yang diajarkan di empat wilayah ini. Sebab, menurutnya, tidak mungkin untuk mengajarkan sekaligus mempraktikkan keempat mazhab sekaligus.
"Kita harus memilih salah satu, dan ketika kita sudah memilih, itulah yang disebut dengan mazhab," ucapnya.
Ustadz Adi menambahkan manhaj dan mazhab merupakan dua konsep yang berbeda. Menurutnya, manhaj merupakan pedoman berkehidupan yang menata umat Islam untuk mengimplementasikan nilai-nilai ketaqwaan dalam bentuk ritual pada nilai-nilai sosial bermasyarakat.
"Turunan dari manhaj ada dua, dimana salah satunya melahirkan mazhab di kemudian hari. Seluruh syariat dan pedoman berupa manhaj ini terkandung dalam Alquran yang diturunkan kepada Rasulullah," ujar Ustadz Adi.
Ia juga menjelaskan bahwa Alquran merupakan satu-satunya kitab dalam Islam yang dijaga manhaj-nya hingga kehidupan berakhir, sebagai petunjuk bagi umat manusia. Adi menegaskan setiap manusia yang berkehidupan tidak akan lepas dari petunjuk Allah berupa manhaj dan syariat melalui para rasul. Dan jika diurutkan secara genealogi dari Nabi Muhammad hingga Nabi Adam, semuanya tersambung sekaligus dengan manhaj dan syariatnya.
Bahkan garis keturunan dari pendiri Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan tersambung langsung kepada Rasulullah. "Maka, kita patut berbahagia karena Muhammadiyah bukan hanya sekadar persyarikatan. Namun, manhaj dan syariat bahkan genealogi pendirinya tersambung kepada Rasulullah," ujarnya.