Sabtu 01 Apr 2023 07:41 WIB

Gagal Jadi Pedagang Suvenir Piala Dunia U-20, Gogon: Mau Nggak Mau Harus Lapang Dada

Gogon sudah mengirimkan delapan macam sampel suvenir ke Dinkop UKM Surakarta.

Rep: Muhammad Noor Alfian Choir/ Red: Qommarria Rostanti
erajin suvenir wayang kulit asal Kecamatan Jebres, Solo, bernama Margono (45) alias Gogon. Dia terpaksa gigit jari karena semula terpilih menjadi salah satu IKM di Solo yang direncanakan untuk membuat suvenir khusus piala dunia.
Foto: Republika/Muhammad Noor Alfian Choir
erajin suvenir wayang kulit asal Kecamatan Jebres, Solo, bernama Margono (45) alias Gogon. Dia terpaksa gigit jari karena semula terpilih menjadi salah satu IKM di Solo yang direncanakan untuk membuat suvenir khusus piala dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Perajin suvenir wayang kulit asal Kecamatan Jebres, Solo, bernama Margono (45) semula senang karena terpilih sebagai salah satu industri kecil menengah (IKM) untuk event kelas dunia. Pria yang akrab disapa Gogon ini terpilih menjadi salah satu IKM di Solo yang direncanakan untuk membuat suvenir khusus piala dunia. 

"Sangat senang (awalnya), apalagi ini event dunia internasional yang ada di Indonesia tempatnya ada di kota Solo tercinta. Kami juga bangga ketempatan event tersebut," kata Gogon saat ditemui di sanggarnya, Jumat (31/3/2023).

Baca Juga

"Saya sebenarnya hanya diberi mandat untuk buat desainnya saja lewat komputer. Karena desain dari komputer saya kurang paham, saya hanya bisa membuat sampel produk jadi," ujarnya.

Namun kenyataan tak seperti harapan, Piala Dunia U-20 batal diselenggarakan di Indonesia. Meski begitu, dia tetap berpandangan positif untuk mengambil hikmahnya.

"Kecewa itu ada, tetapi kita ambil hikmahnya soalnya kesempatan ini sangat luar biasa untuk bisa berpartisipasi dalam piala dunia walaupun sebatas suvenir kami sudah sangat bangga. Tapi keputusan (batal) sudah di sana mau nggak mau harus lapang dada," katanya.

Sejauh ini, Gogon sudah mengirimkan delapan macam sampel suvenir kepada Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kota Solo untuk dikurasi. Namun, secara proses masih menunggu persetujuan dari FIFA.

"Saya buat sedemikian rupa packaging sama box-nya kami sudah fix. Terus kami serahkan ke dinas. Dari dinas proses akan dilanjutkan ke pemerintah kota dan persetujuan dari FIFA. Dari perjalanan itu barulah ada berita pembatalan itu," jelasnya.

Sejauh ini untuk pembuatan sampel tersebut Gogon sudah menghabiskan ongkos sekitar Rp 1 juta. "Ini baru tahap pembuatan sampel, ada delapan sampel yang saya ajukan. Ada yang bentuk wayang, badak modifikasi wayang, ada yang dari bahan kayu ada yang bahan kulit. Saya modifikasi ada yang figura kaca, ada yang hiasan meja, hiasan dinding dari berbagai bentuk. Harapan kami mana yang dipilih baru kami laksanakan," katanya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement