REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan mitranya (OPEC Plus) kembali menambah pemangkasan produksi minyak sekitar 1,16 juta barel per hari mulai Mei 2023 setelah sebelumnya dipangkas 2 juta barel per hari. Total pemangkasan itu setara 3,7 persen dari permintaan global. Langkah tersebut dipastikan demi mengerek kenaikan harga minyak dunia yang tengah mengalami penurunan.
Indonesia, sebagai negara net impotir minyak mau tak mau bakal terimbas kebijakan Saudi dan para sekutunya itu sebagai produsen utama minyak dunia. Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, menuturkan, penurunan harga minyak dunia yang sempat menyentuh 70 dolar AS per barel membuat para produsen tidak diuntungkan dan sulit mencapai target fiskal negara.
"Kemungkinan ini digunakan untuk mengerek harga lagi. Tentu akan terasa dampaknya (ke Indonesia)," kata Komaidi kepada Republika.co.id, Senin (3/4/2023).
Harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri per 1 April 2023 turun, seperti yang dilakukan Pertamina, Shell, dan BP sebagai penyediaan BBM di Indonesia. Menjelang masa mudik Lebaran, besar harapan masyarakat agar harga BBM dapat kembali turun agar lebih terjangkau terlebih didukung penguatan nilai tukar rupiah.
"Tapi, dengan adanya penyesuaian ini, dalam satu-dua bulan ke depan peluang untuk harga turun jadi kecil. Tapi kalau kenaikan, relatif bisa ditahan pemerintah terutama untuk BBM bersubsidi karena ini berkaitan dengan kapasitas fiskal pemerintah," kata Komaidi.