Selasa 04 Apr 2023 08:42 WIB

Inflasi Tahunan DIY Melandai, Operasi Pasar Lanjut Hingga Jelang Lebaran

Kerja sama antar daerah (KAD) juga akan diperluas.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Inflasi (ilustrasi)
Inflasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Inflasi tahunan DIY pada Maret 2023 berada pada level 6,11 persen (year on year/yoy). Bank Indonesia (BI) DIY menyebut, inflasi tahunan DIY pada Maret melandai dibandingkan inflasi tahunan pada Februari 2023 yang sebesar 6,28 persen (yoy).

Meskipun demikian, tercatat secara bulanan inflasi DIY Maret 2023 meningkat dari 0,27 persen (mtm) di Februari menjadi 0,60 persen (month to month/mtm). Dengan capaian tersebut, Plhh Kepala Perwakilan BI DIY, Rif'at Pasha mengatakan, secara kumulatif inflasi DIY tercatat 1,04 persen (year to date/ytd).

Melihat kondisi tersebut dan mengantisipasi risiko inflasi ke depan di DIY, terutama di Ramadhan dan Idul Fitri, pihaknya bersama pemerintah daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY terus bersinergi. Utamanya dalam rangka menjaga ketersediaan pasokan, dan kelancaran distribusi, serta memperkuat koordinasi guna menjaga inflasi tetap rendah dan stabil.

Upaya sinergi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan TPID akan terus dilanjutkan, dan difokuskan pada beberapa hal. Seperti melalui operasi pasar, dan gelar pangan murah, serta pemantauan harga secara intensif menjelang Idul Fitri.

Selain itu, Rif'at menyebut kerja sama antar daerah (KAD) juga akan diperluas. Seperti KAD antar Kabupaten Sleman dan Kabupaten Blitar untuk komoditas telur ayam ras, serta KAD antara Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Nganjuk dalam pemenuhan kebutuhan bibit bawang merah.

"Hal-hal tersebut tersebut merupakan perwujudan komitmen BI, pemerintah, serta seluruh stakeholder guna mencapai inflasi 2023 sesuai kisaran targetnya sebesar 3,0±1 persen," kata Rif'at.

Sementara itu, terkait tekanan inflasi DIY di Maret 2023, utamanya didorong oleh komoditas pangan utama yakni beras dan telur ayam ras. Komoditas beras di tengah berlangsungnya musim panen raya, menjadi penyumbang utama inflasi DIY di bulan Maret.

Menurut Rif'at, kenaikan harga beras disinyalir sejalan dengan peningkatan permintaan dalam rangka menyambut Ramadhan dan penyaluran bansos, serta pemberlakuan kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan Harga Eceran Tertinggi (HET) baru terhadap gabah dan beras.

"HET beras medium di daerah Jawa menjadi Rp 10.900 dari sebelumnya Rp 9.450 per kg. Sementara, HET beras premium menjadi Rp 13.900 dari sebelumnya Rp 12.800 per kg," ujarnya.

Kondisi yang sama terjadi pada komoditas telur ayam ras, yang mana mengalami kenaikan selaras dengan peningkatan permintaan menyambut Ramadhan, serta penyaluran bansos. Selain itu, angkutan udara dan bensin juga memberikan sumbangan inflasi DIY pada Maret 2023.

Rif'at menyebut, tarif angkutan udara meningkat seiring naiknya permintaan pada momen libur cuti bersama Nyepi. Sedangkan, kenaikan harga pada bensin terjadi untuk jenis Pertamax dan Pertamax Turbo yang didorong oleh adanya kebijakan penyesuaian harga BBM pada 1 Maret lalu.

Lebih lanjut, Rif'at juga menuturkan bahwa peningkatan laju inflasi DIY pada Maret juga tertahan oleh penurunan harga komoditas pangan lainnya, seperti bawang merah, minyak goreng, dan cabai merah.

Berdasarkan hasil data Survei Pemantauan Harga (SPH) DIY, harga komoditas bawang merah mengalami penurunan sejak berlangsungnya panen bawang merah di beberapa wilayah di DIY sejak bulan lalu, seperti Bantul dan Kulonprogo.

"Berdasarkan data PIHPS, rata-rata harga bawang merah di DIY pada Maret 2023 mencapai Rp 36.250 yang turun dari Februari 2023 yakni mencapai Rp 41.200 per kg. Untuk komoditas minyak goreng, terjaganya pasokan mendorong penurunan harga," jelas Rif'at.

"Sedangkan, untuk komoditas cabai merah, penerapan pola tanam, pertanian off season, serta keberadaan diPanen.id efektif menjaga stabilitas harga komoditas cabai merah, meski tidak dalam musim panen. Selain itu, terjaganya pasokan cabai merah yang didapat dari Jawa Timur turut mendorong penurunan harga," lanjutnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement