REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, negara-negara Barat tidak siap menjalin dialog dengan Moskow. Sebaliknya, Lavrov menilai, Barat justru berusaha agar dialog tak terjadi.
Lavrov mengungkapkan, Rusia selalu terbuka menjalin kerja sama atas dasar kesetaraan. Dia menyebut, kepentingan Rusia ditujukan normalisasi situasi di Eropa dan kawasan Euro-Atlantic, serta penurunan risiko nuklir jangka panjang.
“Namun (Barat) belum siap untuk ini dan dialog konstruktif, sibuk mencari metode baru untuk menghalangi Rusia 24 jam sehari,” ucap Lavrov dalam sebuah wawancara dengan aif.ru l yang transkripsinya diunggah di situs web Kementerian Luar Negeri Rusia, Selasa (4/4/2023).
Dalam wawancara tersebut, Lavrov pun sempat menyinggung tentang relasi Rusia dengan Uni Eropa. Dia mengungkapkan, saat ini Moskow memandang perhimpunan Benua Biru sebagai asosiasi yang tidak bersahabat.
"Uni Eropa telah 'kehilangan' Rusia. Namun, itu hasil perbuatannya sendiri. Tepatnya negara-negara anggota Uni Eropa dan para pemimpinnya secara terbuka menyatakan perlunya menimbulkan kekalahan strategis bagi Rusia, seperti yang mereka katakana,” katanya.
Lavrov turut mengangkat tentang keterlibatan Uni Eropa dalam konflik di Ukraina. “Mereka mengisi penjahat rezim Kiev dengan senjata dan amunisi serta mengirim instruktur dan tentara bayaran ke Ukraina. Ini adalah alasan mengapa kami menganggap Uni Eropa sebagai asosiasi yang tidak ramah," kata Lavrov.
Dia menjelaskan, untuk menanggapi aksi bermusuhan tersebut, Rusia akan mengambil tindakan, dengan tegas jika diperlukan. Mengingat hubungan Rusia dengan Barat kian pelik dan kompleks, Moskow mengalihkan pandangannya kepada Cina.
Lavrov mengatakan, dia memiliki hubungan persahabatan yang baik dengan para diplomat Cina. "Menteri (Luar Negeri Cina) Qin Gang, seperti para pendahulunya; anggota Politbiro Partai Komunis Cina Wang Yi, yang bertanggung jawab atas kebijakan luar negeri, Yang Jiechi dan Li Zhaoxing sebelumnya, dan banyak diplomat Cina terkemuka lainnya, adalah teman dan mitra baik saya,” ungkapnya.
“Secara alami, kami berbagi rasa persahabatan dan siap untuk bahu membahu membela kepentingan dasar satu sama lain, mengoordinasikan upaya strategis di arena global," kata Lavrov menambahkan.
Menurut Lavrov, kerja sama Rusia-Cina memainkan peran utama dalam pembentukan tatanan dunia polisentris yang lebih adil, seimbang, berdasarkan hukum internasional, dan peran sentral PBB. Terkait hal itu, dia memuji kunjungan Presiden Cina Xi Jinping ke Moskow pada 20-22 Maret lalu.
“Kunjungan pemimpin Cina memiliki dampak internasional yang kuat, secara harfiah mendominasi agenda informasi global. Fakta ini membuktikan bahwa kemitraan strategis Rusia-Cina bergerak melampaui konteks bilateral murni sejak lama. Tidak diragukan lagi bahwa posisi bersama kami yang jelas tentang masalah utama saat ini telah didengar di dunia," ucap Lavrov.