REPUBLIKA.CO.ID., BRUSSELS -- Finlandia menjadi anggota penuh NATO pada Selasa (4/4/2023) dan benderanya dikibarkan di markas besar aliansi. Namun, hal itu belum terjadi pada Swedia.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada Senin (3/4/2023) mengatakan bahwa “waktunya telah tiba untuk meratifikasi” protokol aksesi Swedia dan “menyelesaikan proses aksesi.”
Dia mengakui bahwa Türki memiliki “masalah keamanan yang sah dan semua sekutu harus mengatasinya karena itu penting bagi kita.”
“Ketika Finlandia, Swedia dan Turki bekerja sama membantu Turki dalam memerangi kelompok teroris, misalnya PKK,” ujar dia.
Dia mengatakan bahwa Swedia menerapkan “undang-undang yang lebih kuat” tentang terorisme, yang juga akan berdampak pada perang melawan “kejahatan terorganisir, lalu lintas narkoba” yang terkait dengan kelompok teroris.
Stoltenberg mengatakan bahwa perwakilan dari Turki dan Swedia akan bertemu lagi di markas NATO untuk membahas perselisihan mereka. Para menteri luar negeri NATO akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba pada rapat Komisi NATO-Ukraina pada hari Selasa, kata Stoltenberg.
Setelah perang Rusia di Ukraina, NATO harus melakukan perombakan sehingga Ukraina dapat mencegah agresi di masa depan dan sejarah tidak terulang kembali, tambah Stoltenberg.
Para menteri luar negeri NATO juga akan memulai persiapan untuk KTT para pemimpin negara pada bulan Juli di Vilnius, Lituania.
“Saya berharap sekutu menyepakati janji investasi pertahanan baru yang ambisius dengan alokasi 2 persen dari PDB untuk kebutuhan pertahanan sebagai dasar dan bukan langit-langit,” kata Stoltenberg.
Dia menekankan NATO harus mengatasi tantangan “ketidakstabilan, terorisme, dan pengaruh yang berkembang dari Iran, Rusia, dan Cina.” Para menteri luar negeri NATO juga akan bertemu dengan rekan-rekan mereka dari Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.