REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak dengan gangguan autisme sesungguhnya dapat dideteksi sejak dini dengan beberapa cara. Untuk itu, ayah dan ibu sebaiknya tidak menyangkal dan menganggap anaknya baik-baik saja.
Jika menemukan ciri-ciri autisme pada anak, cobalah untuk menerima kondisi anak. Sebaiknya, segera meminta pertolongan profesional.
"Deteksi dini itu krusial sekali, jangan dua tahun atau lebih baru menyadari perkembangan anak yang lamban," kata konsultan tumbuh kembang pediatri sosial KSM Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Cipto Mangunkusumo, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K) pada seminar daring, Kamis (6/4/2023).
Rini mengatakan anak dengan autisme dapat dideteksi sejak usia enam bulan. Skrining diagnosis bisa dilakukan pada saat anak berusia 18 bulan.
Anak usia enam bulan, menurut Rini, sudah mampu untuk berinteraksi dengan orang tua. Salah satunya mengenali nama panggilannya dengan baik.
"Usia enam bulan harusnya sudah bisa berinteraksi, misal apabila dia tidak merespons ketika dipanggil namanya secara terus-menerus ini bisa menjadi salah satu indikasi," ujar Rini.
Selain itu, kontak mata selalu menjadi indikator yang dapat diobservasi oleh orang tua. Anak dengan autisme cenderung menghindari kontak mata dengan orang lain.
Beberapa indikator lain seperti progres kemampuan berbahasa dan bersosialisasi yang lamban perlu diperhatikan. Kesulitan berkomunikasi dan mengekspresikan perasaan adalah ciri dari autisme.
Lebih lanjut, Rini mengatakan bila orang telah menemukan beberapa indikasi autisme pada anak, skrining dengan diagnosis lebih lanjut oleh tenaga medis profesional dapat dilakukan. Umumnya, dokter akan mendiagnosis dengan perangkat Modified Checklist for Autism in Toddlers, Revised with Follow-Up (M-CHAT-R/F).