Jumat 07 Apr 2023 12:01 WIB

Zulhas Temui Prabowo di Kertanegara pada Sabtu

Menurut Saleh Daulay, pertemuan kedua ketum untuk menyamakan persepsi.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Erik Purnama Putra
Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Prabowo  Subianto (kiri) bersalaman bersama Ketua Umum DPP PAN, Zulkifli Hasan.
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Prabowo Subianto (kiri) bersalaman bersama Ketua Umum DPP PAN, Zulkifli Hasan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Amanat Nasional (PAN) akan bersilaturahim dengan Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Mereka akan mendatangi kediaman Menteri Pertahanan itu di Jakarta Selatan pada Sabtu (8/4/2023) sekitar pukul 15.00 WIB.

"Jam 15 sudah diagendakan Pak Zul (Zulkifli Hasan) dan DPP PAN akan datang ke Kertanegara. Jadi Insya Allah ini kan bagian dari silaturahim untuk menyamakan persepsi lagi, di mana agar tentu kesepakatan-kesepakatan," ujar Ketua DPP PAN, Saleh Partaonan Daulay di kawasan Kebayoran, Jakarta, Kamis (6/4/2023) malam WIB.

PAN dan Prabowo memiliki hubungan yang baik selama ini. Hal itu mengingat, partai berlambang matahari tersebut pernah menjadikan kadernya sebagai calon wakil presiden (cawapres) untuk Prabowo pada pemilihan presiden (Pilpres) 2014.

PAN juga kembali mendukung Prabowo yang saat itu berpasangan dengan Sandiaga Salahuddin Uno pada Pilpres 2019. Karena itu, silaturahim yang digelar besok tentunya sudah tak asing bagi PAN.

"Nanti dibicarakan bagaimana ke depan bangsa ini, gimana apa itu. Supaya nanti ketika kita nanti pemilu, harapan kami kalau dari PAN tidak lagi terjadi perpecahan, itu sangat menyita waktu. Ini alhamdulillah sudah mulai turun ya," ujar Saleh.

Di samping itu, ia menilai adanya peluang Prabowo diusung oleh koalisi besar yang terdiri lima partai politik. Meskipun, sambung dia, pembicaraan lima ketua umum partai politik dalam acara silaturahim nasional yang digelar PAN belumlah membahas sosok yang akan diusung sebagai capres.

"Kemarin pembicaraannya belum bahasanya gitu, belum memfinalisasi satu nama. Bukan berarti kan, peluangnya Pak Prabowo untuk tetap didukung itu ada pastinya, karena Pak Prabowo kan saya lihat surveinya lumayan bagus ya, kalau dia surveinya bagus ya tentu orang rasional dalam konteks ini," ujar Saleh.

Solusi kerumitan

Saleh juga menanggapi pandangan yang menyebut adanya kerumitan pembahasan calon presiden (capres) dalam wacana koalisi besar. Dia menjelaskan, dalam berpolitik itu ada yang namanya seni mencari kemungkinan dan kesepakatan.

"Dalam konteks untuk semua orang tidak merasa ada yang ditinggalkan, ngerti tidak? jadi ya mungkin jadi satu partai tertentu tidak jadi mengusung calonnya, lalu bagaimana dia supaya merasa tidak ditinggalkan? Nanti tentu ada pembicaraan khusus terkait itu," ujar Saleh.

Jika koalisi besar benar terealisasi, eks ketua umum Pemuda Muhammadiyah itu dapat memastikan tak ada partai politik yang merasa haknya diturunkan. Di samping, akan ada partai yang akan diprioritaskan dengan segala perhitungannya nanti.

"Ada yang ditinggikan seranting dan ada yang dimajukan selangkah, tapi tidak ada yang diturunkan, tidak ada juga yang disuruh mundur. Itulah yang namanya mencari kesepakatan untuk tetap bersama," ujar Saleh.

Adapun pembicaraan lima ketua umum partai politik terkait wacana pembentukan koalisi besar belumlah membahas sosok yang akan diusung sebagai capres. Namun, ia menyebut, peluang diusungnya Prabowo sebagai capres dalam koalisi besar terbuka lebar.

"Kemarin pembicaraannya belum bahasanya gitu, belum memfinalisasi satu nama. Bukan berarti kan, peluangnya Pak Prabowo untuk tetap didukung itu ada pastinya, karena Pak Prabowo kan saya lihat surveinya lumayan bagus ya, kalau dia surveinya bagus ya tentu orang rasional dalam konteks ini," ujar Saleh.

Kendati demikian, wacana pembentukan koalisi besar dan capres yang akan diusung masih sangatlah dinamis. Apalagi, mereka juga menghormati sejumlah partai politik yang mengusung kadernya untuk maju di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Contohnya, Partai Golkar lewat Musyawarah Nasional (Munas) yang masih mendorong Airlangga Hartarto sebagai capres. Kemudian, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang menyerahkan keputusannya kepada Megawati Soekarnoputri selaku ketua umum.

"Politik itu cair, dinamis. Kan politik itu adalah seni untuk mencari kemungkinan, the art of possibility itu salah satu definisinya, seni untuk mencari berbagai kemungkinan-kemungkinan," ujar Ketua Fraksi PAN DPR itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement