REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina telah memulai latihan militer di sekitar Taiwan yang akan berlangsung selama tiga hari, Sabtu (8/4/2023). Latihan itu dipandang sebagai respons Beijing atas keputusan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengunjungi Amerika Serikat (AS) dan bertemu Ketua DPR AS Kevin McCarthy di Perpustakaan Kepresidenan Ronald Reagan di Los Angeles, Rabu (5/4/2023) lalu.
Dalam latihan hari pertamanya, Tentara Pembebasan Rakyat Cina melakukan pengepungan terhadap Taiwan. Sebuah kapal militer Cina menembakkan beberapa peluru artileri di daerah Teluk Luoyan di pantai Provinsi Fujian, sekitar 50 kilometer barat laut Pulau Matsu yang dikuasai Taiwan.
Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Taiwan mengungkapkan, pihaknya mendeteksi pergerakan 42 pesawat dan delapan kapal milik Cina dalam latihan tersebut. “42 pesawat Tentara Pembebasan Rakyat Cina dan delapan kapal terdeteksi pukul 11.00 tanggal 8 April. Sebanyak 29 pesawat yang terdeteksi telah melintasi garis median utara, tengah, dan selatan Selat Taiwan serta memasuki zona identifikasi pertahanan udara barat daya kami, mencoba melakukan pemaksaan pada kami,” kata Kemenhan Taiwan lewat akun Twitter-nya.
Sementara itu, Cina mengonfirmasi bahwa latihan militer yang digelarnya di Selat Taiwan adalah bentuk peringatan terhadap Taipei. "Ini adalah peringatan keras untuk pasukan separatis 'kemerdekaan Taiwan' dan kolusi mereka dengan kekuatan eksternal, serta langkah yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan nasional dan integritas wilayah," kata juru bicara Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat Cina Kolonel Senior Shi Yi soal latihan militer terbarunya di Selat Taiwan, dikutip Global Times, media yang dikelola Pemerintah Cina.
Tsai Ing-wen telah melakukan lawatan diplomatik selama 10 hari ke Amerika Tengah dan AS. Dia bertemu Ketua DPR AS Kevin McCarthy di Perpustakaan Kepresidenan Ronald Reagan di Los Angeles, Rabu lalu. Dalam pertemuan di California, Tsai menyampaikan terima kasih kepada Kongres AS karena telah berdiri di samping Taiwan ketika demokrasi berada di bawah ancaman. “Saya ingin menambahkan bahwa kita lebih kuat saat kita bersama,” ujar Tsai yang berdiri berdampingan dengan McCarthy.
Semenatara itu McCarthy mengungkapkan, persahabatan antara AS dan Taiwan adalah isu yang penting bagi dunia bebas. Pada kesempatan itu, McCarthy menyampaikan dia dan Tsai telah membahas tentang bagaimana mempercepat pengiriman senjata dari AS ke Taiwan. “Kita harus melanjutkan penjualan senjata ke Taiwan dan memastikan penjualan tersebut sampai ke Taiwan tepat waktu,” kata McCarthy, seraya menambahkan bahwa dia yakin ada kesepakatan bipartisan mengenai hal tersebut.
Cina telah mengecam keras pertemuan Tsai dengan McCarthy. “Menanggapi tindakan kolusi yang sangat keliru antara AS dan Taiwan, Cina akan mengambil langkah tegas serta efektif untuk menjaga kedaulatan nasional dan integritas wilayah,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Cina dalam sebuah pernyataan, dilaporkan kantor berita Xinhua, Kamis (6/4/2023) lalu.
Cina menegaskan, pertemuan Tsai dengan McCarthy sangat melanggar prinsip satu-Cina, kebijakan yang secara resmi diakui pula oleh Washington selama beberapa dekade. “Masalah Taiwan adalah inti dari kepentingan inti Cina dan garis merah pertama yang tidak boleh dilanggar dalam hubungan Cina-AS,” kata Kemenlu Cina.
Cina diketahui mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Namun Taiwan berulang kali menyatakan bahwa ia adalah negara merdeka dengan nama Republik Cina. Taiwan selalu menyebut bahwa Beijing tidak pernah memerintahnya dan tak berhak berbicara atas namanya. Situasi itu membuat hubungan kedua belah pihak dibekap ketegangan dan berpeluang memicu konfrontasi.
AS tidak memiliki hubungan resmi dengan Taiwan karena mengakui prinsip satu-Cina. Namun dalam ketegangan di Selat Taiwan, Washington berpihak dan mendukung Taiwan. Isu Taiwan menjadi salah satu isu yang membuat hubungan AS dan Cina dibekap ketegangan.