REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- International Monetary Fund (IMF) memperingatkan perekonomian global memasuki fase berbahaya, bahkan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan risiko keuangan yang meningkat dan tingginya laju inflasi.
Seperti dilansir Euronews, Rabu (12/4/2023), IMF mengeluarkan peningkatan sederhana terhadap pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa, yang telah terbukti lebih tangguh dari yang diharapkan bahkan dengan tingkat suku bunga yang jauh lebih tinggi dan kejutan invasi Rusia ke Ukraina.
IMF sekarang mengharapkan Amerika Serikat (AS), ekonomi terbesar dunia, tumbuh 1,6 persen tahun ini, turun dari 2,1 persen pada 2022 tetapi naik dari ekspansi 1,4 persen yang diprediksi IMF pada Januari. Pasar kerja AS yang kuat telah mendukung belanja konsumen yang stabil meskipun tingkat pinjaman yang lebih tinggi rumah, mobil, dan pembelian besar lainnya.
Untuk 20 negara yang berbagi mata uang euro, IMF meramalkan pertumbuhan yang lesu sebesar 0,8 persen. Tapi itu juga menandai sedikit peningkatan dari perkiraan Januari.
Meskipun Eropa telah menderita akibat terputusnya pasokan gas alam Rusia pada masa perang, secara mengejutkan cuaca yang hangat mengurangi permintaan akan energi. Dan negara lain, termasuk Amerika Serikat, lebih gesit dari yang diharapkan dalam mengirimkan gas alam ke Eropa untuk menggantikan Rusia.
China, ekonomi terbesar kedua di dunia, diperkirakan akan tumbuh 5,2 persen tahun ini, tidak berubah dari perkiraan IMF pada Januari. China bangkit kembali dari akhir kebijakan nol-Covid yang kejam, yang membuat orang-orang tetap di rumah dan menghambat aktivitas ekonomi.