Jumat 14 Apr 2023 02:55 WIB

Suka Tunda Pekerjaan, Ini Tips Mengatasinya

Menunda-nunda pekerjaan sering dianggap sebagai bentuk kemalasan, benarkah demikian?

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Qommarria Rostanti
Seseorang menunda pekerjaan (ilustrasi). Ada beberapa tips untuk mengatasi kecemasan dan kebiasaan menunda pekerjaan.
Foto: www.freepik.com
Seseorang menunda pekerjaan (ilustrasi). Ada beberapa tips untuk mengatasi kecemasan dan kebiasaan menunda pekerjaan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menunda-nunda pekerjaan sering dianggap sebagai bentuk kemalasan. Namun kebiasaan menunda pekerjaan sebenarnya adalah salah satu bentuk kecemasan kerja yang paling umum.

Psikoterapi Cathy Ranieri yang berbasis di Chicago mengatakan, masyarakat kemungkinan besar tidak menyadari peran atau sejauh mana sistem saraf berperan dalam kehidupan manusia sehari-hari dan bagaimana hal itu menginformasikan kesejahteraan manusia. Menurut dia, di tempat kerja, saat Anda merasa kewalahan, terlalu banyak bekerja, atau gugup dengan pekerjaan, maka sistem saraf akan bereaksi dengan menilainya sebagai ancaman potensial terhadap keselamatan.

Baca Juga

"Bagi sebagian orang, ini memicu respons melawan atau lari. Bagi banyak orang, terutama di tempat kerja, ini memicu respons beku yaitu penundaan,” ujar Ranieri, dilansir laman Huffpost, Senin (10/4/2023).

Penundaan merupakan salah satu gejala kecemasan yang jarang dibahas karena sering dilihat sebagai pilihan daripada hasil sampingan dari masalah yang lebih dalam. Pada kenyataannya, banyak kasus penundaan pada dasarnya dapat menjadi penghindaran atau teknik penanggulangan yang cenderung dilakukan banyak orang dengan kecemasan yang tidak diobati.

Para ahli menekankan itu bukan perilaku yang berguna. Contohnya menunda pengiriman satu email bisa terasa seperti tindakan yang tampaknya tidak berbahaya.  Namun semakin Anda menghindari tugas, semakin memperburuk kecemasan Anda.

Jordan White, pekerja sosial klinis berlisensi di Florida dan Illinois, Jordan White, mengatakan, kecemasan memicu penundaan dengan menciptakan respons "lari". “Seseorang dengan kecemasan merasa perlu untuk menghindari topik atau tugas karena hal itu menciptakan kekhawatiran yang mendalam bagi mereka, apakah itu pemikiran bahwa mereka akan gagal atau apakah itu pemikiran ‘Saya tidak cukup baik’,” kata White.

Saat Anda sangat cemas di tempat kerja, menunda-nunda pekerjaan bisa menjadi cara tubuh untuk bertahan dari ancaman yang dirasakan. Ranieri mengatakan, ketika tanggung jawab menumpuk, tenggat waktu semakin dekat, dan ekspektasi terlalu tinggi, penundaan menjadi bagian dari respons otomatis terhadap ancaman yang teridentifikasi.

Dalam keadaan beku, tubuh berusaha menghemat energi untuk bertahan dari ancaman. Itulah sebabnya sering kali terasa mustahil untuk menyelesaikan sesuatu. "Mungkin ada motivasi rendah, kelelahan, atau perasaan tidak berdaya,” ujarnya.

Ada beberapa tips untuk mengatasi kecemasan dan kebiasaan menunda pekerjaan di tempat kerja:

1. Buat jadwal untuk pekan Anda

Petakan jadwal sehari-hari sehingga Anda tahu persis apa yang perlu dilakukan. “Dengan membuat jadwal, kami merencanakan waktu dan tidak menciptakan ruang untuk menghindari apa pun,” kata White.

2. Beristirahat agar rasanya tidak terlalu menakutkan

White senang jika kliennya beristirahat dari apa yang sedang mereka kerjakan dan kembali mengerjakannya. “Banyak yang menemukan bahwa dengan menjauh, mereka dapat kembali dengan pandangan yang segar dan mencoba sesuatu dengan cara yang berbeda,” ujarnya.

3. Mulai dengan tugas terkecil terlebih dahulu

Ranieri menyarankan untuk mencoba melakukan tugas-tugas kecil untuk mendapatkan "kemenangan" yang mudah terlebih dahulu. Hal tersebut diyakini dapat berkontribusi pada momentum dan memungkinkan Anda beralih ke keadaan sistem saraf yang lebih parasimpatis daripada hidup dalam ancaman.

“Anda mungkin mulai merasa lebih nyaman dalam keadaan ini dan karenanya lebih mampu,” kata Ranieri.

 4. Berbaik hati pada diri sendiri

Jangan menyalahkan diri sendiri karena menunda-nunda yang telah Anda lakukan. Ranieri berkata untuk berhati-hati terhadap pemikiran menghakimi Anda seperti “Saya malas” atau “Saya tidak berharga”. Pasalnya kritik diri ini mempertahankan status ancaman.

Sebaliknya, Ranieri menyarankan untuk berbicara kepada diri sendiri seperti yang Anda lakukan kepada teman atau orang yang Anda cintai. “Gunakan belas kasihan diri, seperti, ‘Ini sulit bagi saya sekarang’,” katanya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement