ruzka.republika.co.id--Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah (Bappeda) Kota Depok akan membuat kajian lintas sektor terkait antisipasi maraknya tawuran remaja. Polrestro Depok mencatat fenomena aksi tawuran remaja mengalami peningkatan sejak awal tahun hingga pertengahan April 2023.
"Menindaklanjuti hal tersebut, kami akan mengambil langkah untuk menyusun kajian terkait fenomena tawuran pelajar," ujar Kepala Bappeda Kota Depok, Dadang Wihana, Jumat (14/04/2023).
Ia menjelaskan, Pemerintah Kota (Pemkot) Depok menaruh perhatian lebih terhadap aksi tawuran di kalangan remaja. Kajian terkait tawuran tengah dibahas dan disusun oleh tim dari lintas sektor dan perangkat daerah.
"Dalam kajian ini kami tengah bahas langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam mengantisipasi dan mencegah aksi tawuran agar tidak terjadi lagi ke depannya," jelas Dadang.
Menurut Dadang, kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab tindak tawuran pelajar serta menelusuri aspek latar belakang keluarga, kondisi lingkungan sekolah, dan teman bermain para pelaku.
"Kami undang unsur kepolisian, Psikolog Universitas Indonesia (UI), Sosiolog Puspaga, pelajar dan perangkat daerah untuk menghimpun masukan terkait penyebab terjadinya aksi tawuran, lalu dibahas dan disusun menjadi sebuah bahan kajian," tegasnya.
Kepala Bidang Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Bappeda Kota Depok, Yana Ariatna menyebutkan bahwa berdasarkan laporan Polrestro Depok periode 24 Maret-31 Maret terjadi 18 aksi tawuran dengan melibatkan 127 pelaku.
Kemudian terjadi lonjakan kasus pada periode 1-9 April yaitu terdapat 36 kasus dengan melibatkan 188 pelaku. Hal itu menjadi perhatian khusus Pemkot Depok untuk menekan kasus.
"Diharapkan peran serta masyarakat proaktif membaca situasi yang dapat memicu terjadinya tawuran, sehingga implementasi program kebijakan yang nanti disusun dapat berjalan maksimal di wilayah," harapnya. (Rusdy Nurdiansyah)