Sabtu 15 Apr 2023 17:27 WIB

Presiden Brasil Lula da Silva Cari Investasi Industri di Cina

Pada 2021, sektor industri hanya mencakup 18,9 persen PDB Brasil.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping setelah upacara penandatanganan yang diadakan di Aula Besar Rakyat di Beijing, Jumat (14/4/2023).
Foto: EPA-EFE/KEN ISHII
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping setelah upacara penandatanganan yang diadakan di Aula Besar Rakyat di Beijing, Jumat (14/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kunjungan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva  ke Beijing menegaskan ia mengandalkan Cina untuk membantu negara Amerika Selatan itu menghidupkan kembali industrinya. Terutama setelah banyak perusahaan Amerika Serikat (AS) yang hengkang.

Usia pertemuan Lula dengan Presiden Cina Xi Jinping, menteri keuangan Brasil Fernando Haddad mengatakan dua negara merencanakan "lompatan ke depan" hubungan mereka.

Baca Juga

"Presiden Lula ingin kebijakan reindustrialisasi. Kunjungan ini memulai tantangan baru bagi Brazil: membawa investasi langsung dari Cina," kata Haddad, Jumat (14/4/2023).

Ia menambahkan Brasil juga ingin memperkuat hubungan dengan AS tapi mencatat dengan menyesal akhir-akhir ini "beberapa perusahaan Amerika memutuskan untuk meninggalkan Brasil." Lula yang merupakan mantan buruh baja yang menjadi ketua serikat buruh mengedepankan kebijakan industri.

Lula mendeklarasikan kampanye untuk maju dalam pemilihan presiden di periode ketiganya di sebuah pabrik mobil di pinggir Sao Paulo. Pada Juli 2022 lalu lalu badan statistik Brasil mengumumkan negara itu kehilangan 1 juta lapangan pekerjaan industri dalam satu dekade terakhir, penurunan sekitar 11,6 persen.

Badan statistik mengatakan pada tahun 2021 lalu sektor industri hanya mencakup 18,9 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Brasil. Turun sekitar 38 persen dibandingkan tiga dekade sebelumnya.

Pada Sabtu (15/4/2023) pagi Lula mengatakan hubungan Brasil dengan Cina "melampaui tahapan" ekspor komoditas. Ia menambahkan kunjungannya ke kantor pusat perusahaan telekomunikasi Huawei karena ia ingin mempromosikan "revolusi digital" di Brasil.

Selama bertahun-tahun Brasil menjadi eksportir besar bahan-bahan mentah ke Cina. Sejak 2009 lalu Negeri Tirai Bambu juga mengalahkan AS sebagai pasar ekspor terbesar Brasil dan setiap tahun membeli kedelai, daging sapi, bijih besi, unggas, pulp, tebu, kapas, dan minyak mentah senilai miliaran dolar dari negara itu.

Namun hubungan raksasa Asia dan kekuatan Amerika Latin itu mendingin selama pemerintahan mantan Presiden Jair Bolsonaro. Para pendukung politikus ekstrem kanan itu di sektor pertanian mengkritik langkah memusuhi Cina.

Pada Kamis (13/4/2023) lalu Lula bertemu dengan CEO BYD yang memproduksi bus-bus listrik dan mulai membahas memulai operasi pabrik di Bahia. Pemilik pabrik sebelumnya Ford Motor Co, menutup pabrik itu pada tahun 2021. Ford juga menutup dua pabrik lainnya di Brasil.

Media Cina melaporkan Brasil merupakan salah satu penerima investasi Cina terbesar di Amerika Latin. Lula tidak hanya menginginkan lebih banyak investasi ia juga mencari kemitraan untuk menantang hegemoni Barat di institusi ekonomi dan geopolitik dunia termasuk diplomasi dalam perang di Ukraina.

Lula dan Xi mengawasi penandatanganan perjanjian di 15 bidang, mulai dari pertanian hingga penerbangan. Perjanjian-perjanjian ini menunjukkan meningkatnya hubungan kedua negara sejak Lula berkuasa pada Januari lalu.

“Sebagai mitra strategis yang komprehensif, Cina dan Brasil memiliki banyak kepentingan bersama,” kata Xi, seperti dikutip Kementerian Luar Negeri Cina.

"Cina melihat hubungan ini sebagai prioritas di agenda diplomatiknya," katanya. 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement