MAGENTA -- Sepekan jelang Hari Raya Idul Fitri, sebagian warga mulai melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman. Ini sesua dengan imbauan menteri perhubungan yang meminta agar masyarakat yang sudah bisa mudik, sebaiknya mudik lebih awal.
Hal ini demi menghindari penumpukan kendaraan di jalan. Selain memperhatikan kesiapan diri dan kendaraan, bagi umat Islam mudik juga ada adabnya. Jika ia memenuhinya, perjalanannya tidaklah kosong dari berbagai faedah yang menyertainya dengan sebab amal akhirat.
Berikut ini adab bepergian dalam Islam dikutip dari Saripati Ihya Ulumiddin Imam Al Ghazali yang Disarikan Syaikh Jamaluddin al-Qasimi (Ulama Kharismatik dari Syiria Awal Abad 20) terbitan Lentera Hati 2018.
.
.
Adab Bepergian dalam Islam
1. Mengembalikan Harta
Hendaklah ia memulai dengan mengembalikan harta-harta yang diperoleh dengan cara zalim, melunasi utang-utang, menyediakan nafkah untuk orang yang wajib dinafkahinya, serta mengembalikan barang-barang titipan jika ada barang titipan padanya.
Hendaklah ia tidak mengambil untuk bekal kecuali apa yang halal dan baik serta hendaklah ia mengambil dengan kadar yang mencukupi bersama teman-teman seperjalanannya. Dalam perjalanan, haruslah ia berbicara yang baik-baik saja, memberi makan orang lain, serta menampakkan akhlak yang mulia.
2. Memilih Teman Perjalanan
Hendaklah ia memilih teman perjalanan, sehingga ia tidak keluar sendirian. "Teman dahulu, jalan kemudian."
Hendaklah yang menjadi teman perjalanannya adalah orang yang dapat menolongnya dalam agama, sehingga teman perjalanannya itu akan mengingatkannya apabila ia lupa dan akan membantunya apabila ia ingat. Sesungguhnya seseorang itu mengikuti agama sahabatnya dan tidaklah seseorang dikenal kecuali dengan menjadi teman perjalanannya.
BACA JUGA: Cek Mobil Sebelum Mudik, 9 Bagian Ini Wajib Diperiksa
Rasulullah SAW sungguh telah melarang seseorang bepergian sendirian. Beliau bersabda, "Apabila kalian bertiga dalam perjalanan, angkatlah salah seorang di antara kalian sebagai pemimpin." Dan, hendaklah mereka mengangkat sebagai pemimpin orang yang paling baik akhlaknya di antara mereka, paling sayang di antara mereka kepada para sahabatnya, serta paling cepat di antara mereka dalam mengutamakan teman dan mencari kecocokan.
3. Berpamitan
Hendaklah ia berpamitan kepada teman-temannya yang tidak ikut dalam perjalanan, dengan keluarganya, dan sahabat-sahabatnya.
4. Berlaku Lembut pada Hewan Tunggangan
Hendaklah ia berlaku lemah-lembut kepada binatang tunggangannya jika ia menaiki tunggangan. Hendaklah ia tidak membebani binatang tunggangannya dengan beban yang tidak sanggup dipikulnya dan tidak memukulnya pada bagian wajahnya, karena itu terlarang.
Disunnahkan sesekali turun dari binatang tunggangan untuk memberinya keleluasaan, menggembirakan para tukang sewa, dan mengistirahatkan badannya dari kepenatan akibat lamanya duduk di atas tunggangan. Hendaklah ia berwaspada tidak membawa barang melebihi persyaratan, kendatipun barang itu ringan
5. Hati-Hati di Dalam Kafilah
Hendaklah ia berhati-hati jika berada dalam suatu kafilah. Hendaklah ia tidak berjalan sendirian, karena mungkin saja ia akan tersesat atau tertinggal sehingga ia tidur dalam keadaan terpisah pada malam harinya.
Seyogianyalah ia bergantian jaga malam dengan teman-teman perjalanannya. Hendaklah ia membawa cermin, gunting, alat siwak, serta sisir.
Hendaklah ia berwaspada tidak menyusah-nyusahkan diri dalam bersuci. Orang-orang terdahulu mencukupkan diri dengan tayamum, tidak membawa air khusus untuk berwudhu, dan tidak mempedulikan wudhu dengan air keruh dan air mana pun selama mereka tidak meyakini kenajisan air itu. Umar ra. pun pernah berwudhu dari air bejana seorang perempuan Nasrani.
BACA JUGA:
Berencana Mudik di Malam Hari? Ingat 5 Hal Ini Saat Berkendara
Mengenal Sabeni, Jawara Betawi dari Tanah Abang
Cek Mobil Sebelum Mudik, 9 Bagian Ini Wajib Diperiksa
Sejarah Panjang Jalan Tol di Indonesia, dari Jagorawi Hingga Tol Bima
Mudik 2023: Ini Tarif Tol Jakarta-Semarang, Jakarta-Solo, dan Jakarta-Surabaya