REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini subvarian Arcturus sudah masuk Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengatakan, di Indonesia ada dua pasien yang dikonfirmasi terinfeksi subvarian ini.
Sementara saat ini, pemerintah telah mencabut pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Indonesia. Bahkan sebentar lagi Lebaran tiba, masyarakat sudah diperbolehkan berkumpul dan bersilahturahim bersama keluarga dan mudik ke kampung halaman.
Masih perlukah menerapkan protokol kesehatan (prokes) selama Lebaran? Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Dr dr Erlina Burhan MSc SpK (K) mengungkapkan berhubung kasus Arcturus masih sedikit, dokter masih belum bisa menyimpulkannya. Namun jika melihat kasus di India, gejalanya cukup ringan.
"Arcturus ini juga masih diklasifikasikan sebagai varian of interest, bukan varian of concern," ujarnya kepada Republika.co.id, Senin (17/4/2023).
Dokter Erlina mengatakan, gejalanya sama dengan subvarian Omicron lainnya. Pada anak-anak dengan usia di bawah 12 tahun, dilaporkan ada gejala berupa konjungtivitis (mata merah). "Mata merah juga disertai mata berair dan gatal," ujarnya.
Lalu apakah benar subvarian Arcturus ini merupakan varian paling menular? Menurutnya, yang paling menular adalah Omicron BA.
Walaupun PPKM sudah dicabut, dr Erlina mengatakan Satgas Covid-19 tetap menyarankan untuk melaksanakan protokol kesehatan (prokes) terutama bila berada di keramaian. Imbauan khusus bagi para lansia, yang memiliki komorbid, dan yang belum divaksinasi.
"Sebaiknya tetap mengikuti prokes, terutama bila berada di keramaian. Standar prokes pada umumnya, pakai masker, cuci tangan, jaga jarak," ujarnya.