Selasa 18 Apr 2023 16:58 WIB

Panglima Akui tak Mudah Bebaskan Sandera dari Separatis Papua

Prajurit TNI bergerak untuk bebaskan sandera asal Selandia Baru.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Teguh Firmansyah
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, tengah, berbicara kepada media saat konferensi pers di Mimika, Provinsi Papua, Indonesia, Selasa (18/4/2023).  Panglima TNI pada Selasa menolak klaim kelompok separatis bahwa mereka telah membunuh lebih dari selusin tentara pemerintah yang sedang mencari seorang pilot Selandia Baru yang disandera oleh para pemberontak di wilayah Papua yang bergolak.
Foto: AP Photo/Saldi Hermanto
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, tengah, berbicara kepada media saat konferensi pers di Mimika, Provinsi Papua, Indonesia, Selasa (18/4/2023). Panglima TNI pada Selasa menolak klaim kelompok separatis bahwa mereka telah membunuh lebih dari selusin tentara pemerintah yang sedang mencari seorang pilot Selandia Baru yang disandera oleh para pemberontak di wilayah Papua yang bergolak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menekankan, jajarannya tidak tinggal diam dalam upaya pencarian pilot Susi Air, Kapten Philips Mehrtens yang disandera Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua. Menurut dia, penembakan terhadap prajurit TNI pada pekan lalu menjadi bukti bahwa pihaknya terus mencari keberadaan Philips.

 

Baca Juga

 

"Kita tetep mengusahakan, karena tidak ada yang diam saja, karena ini buktinya kalau kita mencari, bukan diam saja," kata Yudo di Lanud Yohanis Kapiyau, Timika, Papua, Selasa (18/4/2023).

 

 

Yudo mengatakan, pencarian pilot asal Selandia Baru itu cukup sulit dilakukan. Sebab, lokasi pencarian yang tak mudah. 

 

 

Dia menyebut, proses pencarian ini melibatkan berbagai pihak, termasuk tokoh agama dan tokoh masyarkat. Yudo juga mengungkapkan, perwakilan pemerintahan Selandia Baru di Indonesia pun terus melakukan koordinasi dengan TNI melalui Pangkogabwilhan III untuk menemukan Philips.

 

 

"Dia (Pemerintah Selandia Baru) menyerahkan sepenuhnya pada kita, ya, saya selalu sampaikan, kita tetap mencari, mencari mencari, dan mencari. Ini tidak mudah kan dengan medan seperti ini, tentunya tadi seperti yang saya sampaikan, melalui peran-peran masyarakat, kita bersama-sama, karena memang ini tugas kita bersama," jelas dia.

 

 

Kini, Yudo telah meningkatkan status operasi di daerah rawan konflik di Papua menjadi siaga tempur. Keputusan ini diambil untuk mengantisipasi serangan dari KKB.

 

 

"Ketika kontak tembak ya, harus timbul naluri tempurnya prajurit, harus muncul. Ya makanya harus siaga tempur," jelas dia.

 

 

Di samping, Yudo menegaskan, pihaknya tetap melaksanakan operasi humanis untuk menjaga keamanan masyarakat di Bumi Cenderawasih. Namun, dia menekankan, operasi ini tidak dilakukan untuk menghadapi KKB.

 

 

"Operasi humanis itu bukan untuk KKB, untuk semua masyarakat Papua di daerah operasi, tapi nek melihat KKB lagi kontak (senjata) masa kita humanis, ya habis kita. Humanis itu kalau ada masyarakat yang tentunya bersama-sama kita menjaga daerahnya, bersama-sama kita untuk melangsungkan kegiatan rumah tangga, menyekolahkan anak-anaknya, kita bantu dengan humanis," tutur dia.

 

 

Sebelumnya, KKB menyerang personel TNI di Mugi-Mam, Nduga, Papua Pegunungan, Sabtu (15/4/2023). Seranga itu terjadi saat para prajurit sedang berupaya menyelamatkan Philips yang disandera KKB.

 

 

Akibat serangan itu, satu prajurit TNI dari Satgas Yonif Raider 321/GT Pratu Miftahul Arifin meninggal dunia dan jatuh ke jurang sedalam 15 meter. Jasadnya belum berhasil dievakuasi lantaran terkendala cuaca.

 

 

Kemudian, empat prajurit lainnya mengalami luka tembak dan sudah dievakuasi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis. Hingga kini, masih ada empat prajurit yang dinyatakan hilang dan dalam proses pencarian.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement