REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Gencatan senjata yang sudah disepakati langsung dilanggar hanya dalam beberapa jam. Sedangkan korban jiwa atas bentrokan di ibu kota Sudan, Khartoum, dan wilayah lainnya terus merenggut korban jiwa di momen-momen akhir Ramadhan.
“Kami mencoba memanfaatkan Ramadhan untuk mencoba melanjutkan iman dan doa kami,” kata warga Sudan Mohammed Al Faki.
Faki adalah salah satu dari 89 mahasiswa dan staf yang terjebak di gedung teknik di Khartoum University. “Kami berusaha membantu satu sama lain untuk tetap sabar sampai krisis ini berakhir," ujarnya.
Menurut Faki, seorang mahasiswa dibunuh oleh penembak jitu dan mereka menguburkan jenazahnya di kampus. Para mahasiswa dan staf memutuskan sesekali keluar untuk membeli perbekalan, dengan risiko terkena serangan oleh pihak yang sedang bentrok, kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) dengan militer Sudan.
“Mereka menyerang kami di jalanan. Mereka menjarah. Jika Anda berjalan, mereka bahkan akan mengambil telepon Anda dari Anda di jalan, ”kata siswa berusia 19 tahun itu tentang RSF.
Data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan, jumlah korban pertempuran lebih dari 185 meninggal dunia dan 1.800 terluka, tanpa memberikan rincian warga sipil dan kombatan. Sindikat Dokter Sudan mengatakan pada Selasa (18/4/2023), bahwa setidaknya 144 warga sipil meninggal dan lebih dari 1.400 terluka, tetapi banyak korban meninggal belum dapat dihitung.
Selain warga Sudan, beberapa perwakilan internasional di negara itu pun menjadi sasaran. Kepala kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell menyatakan di Twitter, bahwa duta besar Uni Eropa untuk Sudan diserang di kediamannya sendiri. Seorang diplomat Barat di Mesir mengatakan, kediaman itu digeledah oleh orang-orang bersenjata berseragam RSF. Tidak ada yang terluka tetapi orang-orang bersenjata itu mencuri beberapa barang.
Sedangkan, pada hari kedua bentrokan, kediaman duta besar Norwegia terkena peluru. Menteri Luar Negeri Norwegia Anniken Huitfeldt menyatakan, serangan itu menyebabkan kerusakan tetapi tidak ada korban luka.
Selama beberapa hari terakhir, pejuang di Khartoum menyerang konvoi Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS). Laporan awal, menurut Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, mengaitkan serangan itu kepada para penyerang RSF. Dwina Agustin/ap