REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada malam Idul Fitri 1444 H/2023 M, biasanya umat Islam akan mengumandangkan takbir di masjid dan bahkan melakukan takbir keliling. Namun, dalam melantunkan takbir, umat Islam perlu memperhatikan adab-adabnya.
Waktu takbiran pada saat Idul Fitri dimulai sejak 1 Syawal ba'da Maghrib sampai selesai sholat Idul Fitri. Allah SWT berfirman,
وَلِتُکۡمِلُوا الۡعِدَّةَ وَلِتُکَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰٮكُمۡ وَلَعَلَّکُمۡ تَشۡكُرُوۡنَ
“…Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (puasa) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah (bertakbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu.” (Qs Al Baqarah: 185).
Ayat ini menjelaskan bahwasanya ketika orang sudah selesai menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, maka disyariatkan untuk mengagungkan Allah dengan bertakbir.
Takbiran Idul Fitri dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Artinya, tidak harus di masjid.
Sangat dianjurkan untuk memperbanyak takbir ketika menuju lapangan. Karena ini merupakan kebiasaan Nabi SAW dan para sahabat.
Berikut di antara dalilnya:
"Nabi SAW keluar rumah menuju lapangan kemudian beliau bertakbir hingga tiba di lapangan. Beliau tetap bertakbir sampai shalat selesai. Setelah menyelesaikan shalat, beliau menghentikan takbir". (HR Ibn Abi Syaibah dalam Al Mushannaf)
Di antara adab dalam mengumandangkan takbir adalah sebagai berikut:
1. Ikhlas untuk Allah.
2. Membaca bacaan takbir harus dengan lafadz bahasa Arab. Tidak diperbolehkan kumandang takbir dengan bahasa terjemahan.
3. Menghadirkan kekhusyukan dalam mengumandangkan takbir.
4. Disunnahkan untuk mengeraskan suara ketika takbir bagi laki-laki. Bagi perempuan cukup sampai didengarkan oleh diri sendiri.
5. Melantunkan takbir tidak boleh seperti mendendangkan lagu.
6. Lebih dianjurkan untuk bertakbir dalam kondisi telah bersuci. Namun jika tidak dalam kondisi thoharoh tidak mengapa.
7. Lebih dianjurkan untuk memperbanyak takbir secara sendiri-sendiri. Diperbolehkan pula untuk bertakbir secara berjamaah.