REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Studi terbaru mengungkapkan tingkat percobaan bunuh diri dengan cara meracuni diri pada usia 10 hingga 19 tahun di Amerika Serikat (AS) naik 30 persen pada 2021 dibandingkan masa prapandemi. Studi tersebut diterbitkan dalam jurnal daring Morbidity and Mortality Weekly Report dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada Kamis (20/4/2023).
Lonjakan terbesar di antaranya terjadi pada anak-anak berusia 10 hingga 12 tahun, naik 73 persen. Sekitar 49 persen pada anak usia 13-15 tahun dan 11 persen pada usia 16 hingga 19 tahun.
Perempuan cenderung lebih sering melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan laki-laki. Salah seorang penulis studi dan pakar pediatri Christopher P Holstege mengeklaim data hasil studi juga sejalan dengan praktik klinis yang dia lakukan.
“Kami melihat usia yang sangat muda, usia yang tidak pernah saya lihat mencoba bunuh diri dengan meracuni berubah dengan peningkatan 73 persen pada kelompok usia 10 hingga 12 tahun. Itu cukup menakjubkan dari sudut pandang kami,” kata Holstege dilansir laman STAT, Jumat (21/4/2023).
Studi tersebut mengamati data yang tidak teridentifikasi yang dikodekan sebagai dugaan bunuh diri yang disengaja di antara kelompok usia ini dari semua pusat kendali racun AS dari Januari 2016 hingga September 2022. Peneliti dari Pusat Racun Blue Ridge di Fakultas Kedokteran University of Virginia membagi kasus menjadi kategori kelompok usia yang lebih kecil dan menganalisis tren frekuensi serta tingkat upaya bunuh diri yang dicurigai dengan meracuni diri.
Mereka membandingkan perubahan tahunan dan bulanan dalam dugaan tingkat upaya bunuh diri dengan menggunakan tahun 2019 sebagai tahun rujukan sebelum pandemi. Temuan ini sesuai dengan tren yang meresahkan dari peningkatan kasus bunuh diri dan dugaan upaya bunuh diri di kalangan remaja, terutama anak perempuan yang diperburuk oleh pandemi.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), pada 2020, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua di antara anak-anak berusia 10 hingga 14 tahun. Bunuh diri juga menjadi penyebab utama ketiga di antara anak berusia 15 hingga 24 tahun.
Upaya bunuh diri yang diduga dilakukan oleh anak perempuan berusia 12 hingga 17 tahun meningkat lebih dari 50 persen pada Februari hingga Maret 2021 dibandingkan dengan waktu yang sama pada 2019. Pada awal pandemi, Maret 2020, para peneliti melihat penurunan awal dalam kasus dugaan percobaan bunuh diri yang dilaporkan dengan meracuni diri sendiri, diikuti dengan peningkatan pada Juli 2020.
Tren musiman ini diketahui sebagai efek bulan madu adalah umum dalam krisis seperti bencana alam dan perang.“Mungkin saja selama pandemi, orang-orang hanya berfokus pada bertahan hidup sehingga untuk sementara mereka tidak mengkhawatirkan hal-hal lain yang membuat mereka cemas dan depresi,” kata rekan peneliti di University of Oregon, Benjamin Hansen.
Analisis juga menunjukkan lonjakan tajam dalam keseluruhan dugaan upaya bunuh diri pada tahun 2021 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Produk over-the-counter (OTC) lebih terlibat dalam dugaan kasus percobaan bunuh diri pada tahun 2021 dan 2022 dibandingkan pada tahun 2019.