Senin 24 Apr 2023 13:41 WIB

Silang Pendapat Pengamat Soal Narasi Jokowi Duetkan Ganjar-Prabowo

Jokowi menyebut tokoh-tokoh potensial menjadi cawapres Ganjar, termasuk Prabowo.

Jokowi didampingi Ganjar saat sholat idul Fitri di masjid Raya Sheikh Zayed Solo, Sabtu (22/4/2023)
Foto: Republika/Alfian
Jokowi didampingi Ganjar saat sholat idul Fitri di masjid Raya Sheikh Zayed Solo, Sabtu (22/4/2023)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Nawir Arsyad Akbar, Fauziah Mursid, Antara

Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro menilai narasi Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dijadikan sebagai calon wakil presiden (cawapres) aneh. Menurutnya, ada pertanyaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang diputarbalikkan.

Baca Juga

"Kalau dicermati secara lebih seksama, Presiden dalam momen itu tidak mengatakan nama Prabowo Subianto cocok sebagai bakal calon wakil presiden bagi Ganjar," ujar Bawono lewat keterangannya, Senin (24/4/2023).

Narasi Prabowo yang diposisikan sebagai cawapres dinilainya sangat aneh. Sebab elektabilitas Prabowo dengan Ganjar terus bersaing, ditambah Menteri Pertahanan itu memiliki pengalaman pada pemilihan presiden (Pilpres) 2014 dan 2019.

"Merupakan hal sangat aneh dan juga tidak baik dari segi kepantasan dan juga gengsi politik, apabila setelah maju sebagai calon presiden dalam dua pemilihan presiden terdahulu lalu kemudian maju sebagai calon wakil presiden di pemilihan presiden mendatang," ujar Bawono.

Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga menilai tawaran kepada Prabowo Subianto sebagai cawapres Ganjar Pranowo seperti sebuah penghinaan. Menurutnya, penghinaan ini tidak hanya pada dirinya, tapi juga kepada Partai Gerindra.

"Seolah-olah posisi Prabowo dinilai di bawah Ganjar. Padahal elektabilitas mereka bersaing ketat. Bahkan belakangan ini elektabilitas Prabowo lebih tinggi daripada Ganjar," ujar Jamiluddin dalam keterangannya, Ahad (23/4/2023).

Menurutnya, Gerindra juga akan merasa terhina bila Prabowo hanya dianggap layak sebagai cawapres. Padahal, elektabilitas Gerindra juga cukup tinggi. Sehingga posisinya masih bersaing ketat dengan elektabilitas PDIP sehingga layak mencapreskan Ketumnya Prabowo.

Karena itu, dia menilai jawaban Prabowo yang menolak secara halus saat ditawarkan menjadi cawapres Ganjar menjadi tamparan bagi pihak yang ingin mendegradasikan dirinya menjadi cawapres. Jamiluddin juga menilai, jawaban itu menegaskan posisinya yang sudah dicapreskan Partai Gerindra dan partainya kini sudah kuat.

"Jawaban Prabowo itu sekaligus tamparan bagi pihak-pihak yang ingin mendegradasikan dirinya menjadi cawapres. Prabowo dengan jawaban itu ingin mengatakan dirinya ada di level capres," ujar Jamiluddin.

Jamiluddin juga menilai, Prabowo juga ingin menegaskan partainya sangat kompetitif untuk mengusung dirinya sebagai capres. Dia juga meyakini partai dapat bersaing dengan PDIP pada Pileg dan Pilpres 2024.

"Jadi, tidak ada alasan apapun yang dapat digunakan untuk menjustifikasi Prabowo menjadi cawapresnya Ganjar. Prabowo bersama Ganjar dan Anies Baswedan sama-sama layak menjadi capres. Sebab tiga nama ini punya elektabilitas yang sama-sama tinggi," ujarnya.

 

Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan menilai ada upaya Presiden Jokowi untuk menduetkan Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto sebagai pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden di Pemilu 2024.

"Karena posisi Ganjar sudah jelas sebagai capres dan didukung juga oleh Jokowi, maka dukungan Jokowi terhadap Prabowo menurut saya adalah upaya untuk mengajak Prabowo jadi pasangan Ganjar sebagai cawapres," katanya dalam keterangantertulis di Jakarta, Ahad (23/4/2023).

Menurut Djayadi, upaya Jokowi untuk menggaet Prabowo sudah terlihat selama lima bulan terakhir. Jokowi seolah meng-endorse Prabowo melalui keakraban keduanya dalam komunikasi yang intens saat pertemuan-pertemuan terakhir.

"Diperkirakan tadinya Prabowo potensial menjadi capres, tetapi kalau melihat situasi sekarang, tidak mungkin Jokowi sebagai kader PDIP dan dia sudah menyatakan dukungan yang tegas soal Ganjar sebagai capres di pengumuman. Tidak mungkin Jokowi mengubah posisinya dari mendukung Ganjar menjadi capres berubah mendukung Ganjar menjadi cawapres. Kan nggak mungkin, sulit," jelas Djayadi.

Dia menambahkan, Jokowi tampak seperti sosok yang akan menjadi perantara untuk menjembatani rencana koalisi partai-partai dalam pengusungan capres-cawapres. Sehingga, dia tidak menampik kemungkinan besarnya kans antara Ganjar-Prabowo menjadi pasangan di pilpres mendatang.

"Soal diterima atau tidak itu kan soal perkembangan dinamika politik ke depannya. Jadi kalau kita bicara soal apakah ada kans Prabowo jadi cawapres Ganjar, ada kans nya. Tergantung apakah Jokowi bisa meyakinkan Pak Prabowo soal itu. Dan tentu nanti akan tergantung kepada bagaimana perjanjian antara Prabowo dengan Ganjar dan PDIP," katanya menegaskan.

Sebelumnya, Presiden Jokowi menyebut, bahwa Prabowo merupakan salah satu tokoh potensial untuk menjadi bakal calon wakil presiden bagi Ganjar. Hal tersebut disampaikan Presiden Jokowi usai melaksanakan shalat Id di Masjid Syeikh Zayed, Kota Solo, Jateng.

"Nah termasuk Pak Prabowo (bacawapres potensial Ganjar)," katanya.

Jokowi pun meminta masyarakat bersabar menunggu keputusan nama-nama bacawapres yang nantinya akan diumumkan oleh partai. Sebagai informasi, pendaftaran bakal calon presiden dan wakil presiden dijadwalkan dibuka mulai 19 Oktober 2023 sampai dengan 25 November 2023.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement