REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisruh perbedaan Hari Raya Idul Fitri antara Muhammadiyah dan pemerintah menimbulkan permasalahan karena dipicu komentar peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), AP Hasanuddin, yang mengancam akan membunuh semua warga Muhammadiyah akibat berbeda penetapan Lebaran Idul Fitri dengan pemerintah.
"Perlu saya halalkan gak nih darahnya semua Muhammadiyah? Apalagi Muhammadiyah yang disusupi Hizbut Tahrir melalui agenda kalender Islam global dari Gema Pembebasan? Banyak bacot emang! Sini saya b*n*h kalian satu-satu. Silakan laporkan komen saya dengan ancaman pasal pembunuhan! Saya siap dipenjara. Saya capek lihat pergaduhan kalian," tulis AP Hasanuddin.
BACA JUGA: Warga Muhammadiyah Diancam Dibunuh, Teringat Persahabatan KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asyari
Lebaran tahun ini Muhammadiyah menetapkan 1 Syawal 1444 H pada Jumat, 21 April 2023, sementara NU dan pemerintah menetapkan Sabtu, 22 April 2023. Bicara perbedaan Lebaran antara Muhammadiyah dengan pemerintah dan NU ada satu cerita dari KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tentang perbedaan tersebut.
Juru Bicara Gus Dur, Adhie Massardi, merawikan saat menjadi presiden, Gus Dur menelepon petinggi PBNU ketika PP Muhammadiyah menetapkan Lebaran duluan. Lewat akun Twitter pribadinya, Adhie menceritakan 'perintah unik' Gus Dur yang mengajak warga NU untuk Lebaran bersama Muhammadiyah.
"IKUT MUHAMMADIYAH︎ pernah aku lihat dan dengar Presiden KH Abdurrahman Wahid nelepon petinggi PBNU dan berkata yang intinya bilang: 'Kita Lebaran ikut Muhammadiyah...!'," tulis Adhie Massardi.
Adhie menyebut, suasana Ramadhan dan Lebaran pada era Presiden Gus Dur indah dan tidak ada adu domba. "Maka pada era Gus Dur itu Ramadhan & Lebaran jadi indah. Tak ada ruang bagi orang-orang Islamofobia untuk adu domba," kata Adhie.
BACA JUGA: Mudik ke Jombang, Gus Dur Deg-degan Gara-Gara Disetiri Kiai Wahab yang tak Bisa Melihat