Sabtu 29 Apr 2023 06:51 WIB

Sikap Positif yang Ternyata 'Beracun', Jangan Lakukan Lagi

Manusia memiliki variasi emosi berdasarkan peristiwa kehidupan.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Variasi emosi yang dirasakan manusia (ilustrasi). Manusia memiliki variasi emosi berdasarkan peristiwa kehidupan. Namun jangan sampai kepositifan sifat Anda berubah menjadi racun.
Foto: www.freepik.com
Variasi emosi yang dirasakan manusia (ilustrasi). Manusia memiliki variasi emosi berdasarkan peristiwa kehidupan. Namun jangan sampai kepositifan sifat Anda berubah menjadi racun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjaga pola pikir positif memang sangat penting.  Namun bagi beberapa orang memiliki kebiasaan menggambarkan sikap positif yang menjadi sedikit beracun, dan sebenarnya bukan perilaku manusia yang normal.

Sebagai manusia, kita memiliki variasi emosi berdasarkan peristiwa kehidupan dan itu sehat untuk kesehatan mental. Tapi, kepositifan "beracun" (toxic positivity) bahkan di tengah duka dan kesedihan sama sekali tidak sehat. Berikut adalah perilaku positif yang ternyata "beracun" seperti dikutip dari laman The Health Site, Sabtu (29/4/2023):

Baca Juga

1. Mengabaikan emosi negatif

Aspek kehidupan yang sangat normal adalah merasakan emosi negatif. Jalan untuk menjadi manusia yang lebih kuat dan lebih baik adalah dengan berurusan dengan mereka, bukan dengan mengabaikan emosi tersebut.

2. Tidak mengakui perjuangan

Setiap orang berurusan dengan stres, perjuangan, dan rasa sakit dengan cara berbeda. Namun jika Anda memiliki kebiasaan meremehkan perjuangan atau emosi, itu adalah sifat yang sangat beracun yang tidak boleh dikembangkan.

3. Kepositifan yang dipaksakan

Orang-orang tertentu memiliki kebiasaan memaksakan pandangan positif mereka, bahkan ketika itu bukan waktu yang tepat. Ini adalah tanda penting dari kepositifan "beracun".

4. Meremehkan kesedihan

Kesedihan itu sehat. Seseorang yang mencoba mengabaikan perasaan atau bahkan mencoba meremehkannya untuk diri sendiri atau orang lain adalah sifat yang beracun dan bisa berbahaya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement