Selasa 02 May 2023 13:32 WIB

Kemenlu akan Verifikasi Jumlah WNI yang Kemungkinan Masih Tinggal di Sudan

Sebanyak 949 WNI sudah dievakuasi dan dipulangkan dari Sudan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Sudan turun dari pesawat Boeing 737 TNI AU sesaat setelah tiba di pangkalan udara Halim Perdanakusuma di Jakarta, Senin (1/5/2023). Pemerintah Indonesia mengevakuasi sedikitnya 75 orang dari total lebih dari 800 orang dari Sudan, di mana bentrokan bersenjata antara militer Sudan dan kelompok paramiliter saingan telah terjadi di ibu kota Khartoum dan bagian lain negara itu sejak 15 April 2023
Foto: EPA-EFE/ADI WEDA
Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Sudan turun dari pesawat Boeing 737 TNI AU sesaat setelah tiba di pangkalan udara Halim Perdanakusuma di Jakarta, Senin (1/5/2023). Pemerintah Indonesia mengevakuasi sedikitnya 75 orang dari total lebih dari 800 orang dari Sudan, di mana bentrokan bersenjata antara militer Sudan dan kelompok paramiliter saingan telah terjadi di ibu kota Khartoum dan bagian lain negara itu sejak 15 April 2023

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) akan memastikan kembali jumlah warga negara Indonesia (WNI) yang kemungkinan masih berada di Sudan. Sejauh ini, sebanyak 949 WNI sudah dievakuasi dan dipulangkan dari negara tersebut.

Juru Bicara Kemenlu Teuku Faizasyah mengungkapkan, terdapat beberapa WNI yang menikah dengan warga lokal Sudan dan memutuskan untuk tidak ikut dalam proses evakuasi ke Tanah Air. “Saya perlu pastikan kembali jumlahnya karena sudah ada beberapa (WNI) yang ternyata memutuskan berpindah secara mandiri, evakuasi mandiri dengan suami, dengan keluarga mereka. Jumlahnya masih perlu dipastikan dengan Pak Judha (Nugraha, Direktur Perlindungan WNI Kemenlu) yang baru tiba dari Sudan hari ini,” ungkap Teuku saat diwawancara Republika, Selasa (2/5/2023).

Baca Juga

Menurut Teuku, ada pula WNI berstatus pekerja migran yang keluar dari Sudan bersama pihak pemberi kerja. Jumlah mereka pun masih harus diverifikasi. Republika sudah menghubungi Judha Nugraha untuk memperoleh data terkait WNI yang kemungkinan masih berada di Sudan, tapi belum memperoleh tanggapan.

Teuku mengatakan, saat ini gedung KBRI Khartoum telah dikosongkan. “Namun masih ada staf yang stand by di Port Sudan,” ucapnya seraya menambahkan bahwa sepengetahuannya jumlah staf yang bersiaga di Port Sudan adalah dua orang

Pada Selasa, sebanyak 100 WNI di Sudan telah dipulangkan ke Tanah Air dalam proses evakuasi tahap keempat. “Hari ini (2/5), sebanyak 100 WNI dari Sudan telah kembali ke Tanah Air menggunakan pesawat Garuda Indonesia,” kata Kemenlu dalam keterangan tertulisnya.

Kemenlu mengungkapkan, sebelumnya pemerintah telah berhasil memulangkan 829 WNI via Jeddah, Arab Saudi. Mereka dipulangkan dalam tiga tahap. Sebanyak 385 WNI tiba di Tanah Air dalam ketibaan tahap pertama pada 28 April lalu. Kemudian sebanyak 363 WNI masuk dalam kepulangan tahap kedua pada 30 April. WNI dalam proses evakuasi tahap pertama dan kedua dipulangkan menggunakan pesawat Garuda Indonesia.

Sebanyak 75 WNI masuk dalam gelombang kepulangan tahap ketiga pada 1 Mei lalu. Mereka diangkut menggunakan pesawat TNI AU.

Sementara itu ada pula enam WNI yang mengatur kepulangannya secara mandiri. “Dengan kepulangan tahap keempat, maka 929 WNI telah kembali ke Tanah Air,” kata Kemenlu.

Kemenlu mengatakan, hingga 2 Mei 2023, total WNI yang berhasil dievakuasi dari Sudan menuju Tanah Air sebanyak 949 orang. “930 orang dievakuasi via Jeddah, 13 orang dievakuasi via Mesir, dan enam orang dievakuasi via Uni Emirat Arab. Kemenlu mengucapkan terima kasih kepada seluruh kementerian/lembaga terkait yang telah mendukung upaya evakuasi serta penanganan WNI evacuee di dalam negeri,” ungkap Kemenlu.

Sebelumnya Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sempat menyampaikan bahwa jumlah WNI yang berada di Sudan adalah 1.209 orang. Namun setelah dilakukan pemutakhiran data, total WNI yang dapat dikontak dan tercatat berjumlah 937 orang.

Saat ini Sudan tengah dibekap pertempuran yang melibatkan kubu militer dengan kelompok paramiliter bernama Rapid Support Forces (RSF). Konfrontasi bersenjata antara kedua pihak tersebut pecah pada 15 April lalu.

Pertempuran berlangsung ketika Sudan tengah berusaha melakukan transisi politik menuju demokrasi sipil pasca ditumbangkannya rezim mantan presiden Omar al-Bashir oleh militer pada 2019. Sebelum dilengserkan, Al-Bashir telah memerintah Sudan selama 26 tahun.

Sejauh ini konflik antara militer Sudan dan RSF telah menelan sedikitnya 528 korban jiwa. Situasi yang tak menentu telah mendorong negara-negara mengevakuasi para diplomat dan warganya dari negara tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement