REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kematian pelaku teror yang melakukan penembakan di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Selasa (2/5/2023) menjadi misteri. Hingga saat ini, polisi pun belum memberikan keterangan tentang penyebab kematian pelaku.
Menurut dosen kajian terorisme Universitas Indonesia yang juga Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Dr Asep Usman Ismail, kematian pelaku teror di kantor MUI yang tidak segera dijelaskan penyebabnya telah memancing berbagai spekulasi di masyarakat.
"Ini kenapa harus dimatikan? Siapa yang mematikan? Ini kan orang sebenarnya ngga kenapa-kenapa. Cuma menyerang lalu oleh pihak security MUI dilumpuhkan, pistolnya diambil lalu kenapa tiba-tiba jadi mati? Siapa yang mematikan? Jadi tanda tanya besar. Kita ngga bisa begitu saja. Malah ini semakin tidak bisa dijelaskan dengan baik dan benar, semakin muncul spekulasi-spekulasi tentang ada sesuatu yang terencana," kata Prof Usman Ismail kepada Republika pada Rabu (3/5/2023).
Kasus teror terhadap ulama bukan kali ini terjadi. Sepanjang 2021-2022 telah terjadi beberapa kali penyerangan dan teror terhadap ulama, termasuk pada almarhum Syekh Ali Jaber. Meski demikian, dalam beberapa kasus lara pelaku teror dan penyerangan lepas dari jerat hukum karena divonis mengalami gangguan kejiwaan.
Karena itu, Prof Asep Usman mengatakan, hal-hal tersebut tidak dapat sepenuhnya bisa diterima oleh masyarakat tanpa adanya pembuktian yang benar. Begitu pun dengan pelaku teror yang terjadi di kantor MUI, menurutnya Polri harus dapat menjelaskan detail sebab kematian pelaku.
"Ini betul-betul harus diselesaikan dengan tuntas. Kita minta penegak hukum, kita masih percaya sepenuhnya tentang profesionalisme penegak hukum, coba ungkap motivasinya kenapa tiba-tiba mati, siapa yang mematikan. Itu pertanyaan besar yang harus dijawab," katanya.