REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jalan-jalan dipenuhi orang-orang yang bernyanyi, menari, dan berpelukan, sementara anak-anak bermain sepak bola di sekitar mereka. Orang-orang melompat ke air mancur dengan gembira, sementara yang lain mengibarkan bendera besar Napoli.
Napoli memastikan diri meraih scudetto Serie A Liga Italia ketiga dalam 33 tahun terakhir. Kepastian itu didapat setelah Napoli menahan imbang Udinese 1-1, Jumat (5/5/2023) dini hari WIB. Segera setelah peluit akhir dibunyikan, hasil imbang cukup untuk Napoli merebut gelar Serie A.
Ratusan orang berdesakkan di piazza, menyanyikan kegembiraan mereka.
"Kami memiliki satu mimpi di hati kami. Untuk Napoli menjadi juara lagi!" seru para suporter di sekitar kota.
Mimpi itu kini telah menjadi kenyataan. "Saya menangis. Ini momen bersejarah," kata Edoardo Nappa dikutip dari BBC, Jumat (5/5/2023).
Pemuda berusia 13 tahun itu adalah bagian dari generasi baru yang terlalu muda untuk mengingat hari-hari kejayaan Diego Maradona--pemain legendaris yang mengantarkan dua gelar Serie A ke kota itu ketika dia menjadi kapten Napoli. "Untuk dapat mengalami ini, untuk menjalani ini sendiri untuk pertama kalinya, sungguh ajaib. Ini adalah momen bersejarah bagi Naples," ujar Nappa.
Bukan hanya penduduk setempat yang berpesta. Orang-orang dari seluruh Italia dan negara-negara termasuk Prancis, Spanyol, dan Inggris melakukan perjalanan ke Naples untuk menikmati tontonan tersebut.
Napoli hidup dan bernapas dengan sepak bola. Seluruh kota telah didekorasi dalam kesiapan untuk pesta: bendera biru dan putih serta hiasan digantung di atas jalan-jalan sempit. Potongan karton seukuran manusia telah bermunculan di pusat kota. Ada kue, kue kering, minuman, es krim yang didedikasikan untuk para pemain.
"Rasanya dunia berhenti di sini," kata Amelia Bufi, mahasiswa yang berangkat dari Roma untuk merayakan kemenangan. "Pesta ini akan berlangsung setidaknya sebulan. Ini akan berlangsung selama musim panas. Perasaan yang luar biasa: orang Neapolitan menaruh cinta dalam segala hal yang mereka lakukan, termasuk sepak bola."
Ini adalah pesta setelah penantian 33 tahun. Terakhir kali Napoli memenangkan gelar Serie A adalah pada 1990 atau saat Maradona menjadi kapten. Pengaruh pemain Argentina itu masih terasa di kota itu. Wajahnya dicat di jendela bar, stiker bemper, dan papan reklame. Mural raksasa dirinya menjulang di atas kuil yang didedikasikan untuknya. Dan di atasnya ada tanda bertuliskan 'Dios'--kata Spanyol untuk Tuhan.
Pekan ini banyak orang berkumpul di sekitar kuilnya untuk meletakkan bunga dan menyalakan lilin. Ada yang meneteskan air mata. Bagi warga Neapolitan, sepak bola hampir merupakan pengalaman religius.
"Bahkan melampaui agama,” kata Bufi. "Apa yang kami lakukan di sini seperti ritual. Kami berdoa untuk Diego Maradona, seolah-olah dia orang suci. Ini gila dan saya menyukainya."
Maradona, yang meninggal pada 2020, memberikan rasa memiliki yang besar kepada Neapolitan. "Dia adalah pria yang penuh dengan sifat buruk, tetapi pada saat yang sama puitis dan agung dalam hal terbaik yang dia lakukan," kata pakar sepak bola Eropa Mina Rzouki. "Dan itu adalah sesuatu yang beresonansi dengan Neapolitans."