Rabu 17 May 2023 11:56 WIB

Suhu di Majalengka Capai 35 Derajat Celsius, Puncak Kemarau Bisa Lebih Tinggi

Selain panas, warga mengeluhkan soal debu saat musim kemarau.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Irfan Fitrat
(ILUSTRASI) Warga beraktivitas saat cuaca panas terik.
Foto: Republika/Thoudy Badai
(ILUSTRASI) Warga beraktivitas saat cuaca panas terik.

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA — Suhu udara di wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan), Jawa Barat, terasa panas beberapa pekan terakhir. Suhu udara berpotensi meningkat saat masuk puncak musim kemarau.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kertajati, Majalengka, Ahmad Faa Iziyn, mengatakan, suhu udara maksimum tertinggi sepekan terakhir di wilayah Ciayumajakuning mencapai 35 derajat Celsius. “Terpantau  di Majalengka,” kata Ahmad Faa Iziyn, yang biasa disapa Faiz, Rabu (17/5/2023).

Faiz mengatakan, suhu udara bisa meningkat saat memasuki puncak musim kemarau. Puncak musim kemarau di wilayah Ciayumajakuning diperkirakan terjadi pada Agustus mendatang. “Suhu udara pada puncak musim kemarau diprakirakan mencapai 36-38 derajat Celsius,” katanya.

Saat musim kemarau ini, Faiz mengimbau masyarakat mewaspadai potensi kondisi ekstrem berupa suhu udara tinggi, angin kencang, kelembapan udara rendah, juga kekeringan.

Faiz menyarankan masyarakat minum air yang cukup untuk mencegah dehidrasi, menggunakan masker, ataupun pelembap kulit. Masyarakat juga diimbau menghemat air, serta tidak melakukan pembakaran sembarangan karena dapat memicu terjadinya kebakaran.

Bagi para petani, Faiz mengatakan, saat musim kemarau ini disarankan untuk memilih tanaman yang tidak membutuhkan banyak air. Hal ini mengantisipasi potensi kekeringan. “Selain itu, persiapkan sumur pantek dan irigasi untuk mengairi tanaman,” ujar Faiz.

Salah satu warga Kabupaten Majalengka, Nurjanah, mengeluhkan soal kondisi cuaca yang panas dan debu. Ia mesti selalu menutup pintu rumah untuk mengurangi debu yang masuk.

“Saya juga larang anak-anak main ke luar rumah karena cuacanya panas sekali, anginnya kencang, banyak debu-debu,” kata Nurjanah.

Warga lainnya, Meme Miharja, mengeluhkan kondisi angin yang merontokkan dedaunan. Ia mengaku harus menyapu halaman rumahnya tiga hingga empat kali dalam sehari karena banyaknya dedaunan yang rontok. 

“Bukan hanya daun kering, tapi daun yang hijau juga pada rontok. Kalau tidak segera disapu, sampah daun jadi menumpuk di halaman,” katanya.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement