Kampus—Sistem layanan Bank Syariah Indonesia (BSI) mengalami gangguan dalam beberapa waktu terakhir. LockBit 3.0 yang mengaku bertanggung jawab atas gangguan terhadap bank syaraiah terbesar di Indonesia itu mengklaim telah mencuri 15 juta data pengguna dan mengancam untuk menyebarkannya. Pihak BSI sudah menyatakan data nasabah aman, namun masyarakat tetap harus waspada dengan kasus peretasan seperti itu. Serangan perangkat lunak berbahaya Ransomware tersebut perlu diantisipasi.
Dosen Teknologi Sains Data Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) Universitas Airlangga (Unair), Dr Maryamah mengatakan bahwa virus tersebut sengaja menyebabkan gangguan baik pada komputer atau jaringan komputer.
“Ransomware merupakan jenis malware yang mengancam untuk mempublikasikan data pribadi korban, mengambil informasi atau memblokir akses secara permanen pada suatu jaringan kecuali peretas mendapatkan uang atau ransom sesuai keinginannya,” kata Maryanah seperti dilansir laman unair.ac.id.
Menurutnya, biasanya peretas akan mengancam pemilik data dengan sejumlah uang dan jika tidak terpenuhi maka peretas akan mempublikasikan data pribadi atau memblokir akses secara permanen pada suatu jaringan. Pada kasus BSI, menurutnya, peretasan data merupakan data nasabah bank yang berisi informasi rekening, akun mobile banking hingga informasi lain yang telah berisi uang.
“Peretas tidak perlu meminta sejumlah uang kepada customer karena dapat langsung menguras isi rekening dari pengambilan data customer,” jelasnya.
Ia menambahkan, ketika peretasan terjadi sebaiknya segera laporkan kepada pihak berwajib agar tim siber dapat segera menangani. Dia menyarankan agar jangan panik hingga gegabah dalam mengambil keputusan. Selain itu, jika peretas meminta tebusan sebaiknya tidak langsung diberikan karena kita tidak memiliki kepastian apakah data akan kembali setelah uang diberikan.
“Beberapa peretas memanfaatkan kondisi psikis dari korban yang panik dengan menawarkan uang namun itu bukan solusi yang terbaik,” ungkapnya.
Maryamah mengimbau agar masyarakat selalu waspada dalam menggunakan teknologi. Selain itu juga jangan mudah untuk mengakses tautan-tautan asing yang masuk di sosial media. Menurutnya, sistem berbasis komputer sangat rentan dengan adanya hacking jika tidak ada pembaharuan keamanan sistem secara berkala.
“Kita pun mampu menjaga keamanan data dengan cara-cara sederhana, seperti rutin mengubah password secara berkala, hingga memperbaharui software,” katanya memberi saran.
Dia menambahkan untuk selalu berhati-hati dalam menyebar data-data privasi seperti NIK atau yang lainnya. “Sering melakukan update perangkat baik smartphone atau laptop. Jangan menggunakan wifi publik yang tidak terpercaya terutama untuk mengakses website atau aplikasi data sensitif seperti mobile banking dan internet banking,” tegasnya.
Baca juga :
Pengemis Online di Media Sosial Mulai Menjamur, Ini Tanggapan Sosiolog Unair
Unair akan Terapkan Tes Kemampuan Akademik (TKA) pada Seleksi Jalur Madiri Tahun 2023
Begini Penanganan Post Trauma pada Korban Kanjuruhan Menurut Pakar Unair
Gas Air Mata Punya Kemampuan Melumpuhkan Manusia, Ini Penjelasan Pakar Unair
Mahasiswa Unair Ciptakan 'Patrick Spray', Deodorant Spray Alami dari Ekstrak Bintang Laut
Ikuti informasi penting dan menarik dari kampus.republika.co.id.Silakan sampaikan masukan, kritik, dan saran melalui e-mail : kampus.republika@gmail.com