REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap jamaah haji dari berbagai dunia saat ini tengah mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah haji 1444 H. Kerajaan Arab Saudi akan mulai menerima kedatangan jamaah dari seluruh dunia pada akhir Mei nanti.
Setiap jamaah tentu menginginkan haji yang mabrur, dengan balasan surga. Menurut Imam Al-Ghazali, setidaknya ada 10 adab atau etika yang harus diperhatikan oleh jamaah yang ingin meraih hal tersebut.
Dilansir dari laman resmi PBNU, disampaikan ada tujuh etika yang relevan yang bisa diperhatikan oleh jamaah haji Indonesia yang hendak berangkat nanti.
Etika untuk Meraih Haji Mabrur
1. Memiliki cita-cita dan tujuan mulia
Tujuan dan cita-cita seorang jamaah haji adalah fokus beribadah kepada Allah SWT. Hatinya harus tenang dan selalu diarahkan untuk berdzikir dan mengingat Allah, serta mengagungkan syiar-Nya.
Tangan dan pikiran seorang jamaah harus bebas dari apa pun yang dapat mengganggu hati dan memecah konsentrasi selama ibadah. Lalu, biaya yang digunakan untuk ibadah ini harus bersumber dari usaha yang baik dan halal.
Ibnu ‘Umar pernah berkata, "Di antara ciri orang yang mulia adalah orang yang paling baik perjalanan ibadah hajinya; dan di antara ibadah haji seseorang yang paling utama adalah yang paling tulus niatnya, paling bersih biayanya dan paling baik keyakinannya."
Apa yang disampaikan oleh Imam Al-Ghazali ini beralasan, mengacu pada sabda Rasulullah SAW, "Pada akhir zaman, orang-orang keluar untuk haji empat golongan: para penguasa untuk bersenang-senang, para hartawan untuk berdagang, orang-orang fakir untuk meminta-minta, dan para qari untuk memperdengarkan bacan.” (HR Al-Khatib).