JAKARTA -- Lokomotif B25 buatan pabrik Esslingen (Jerman) mulai dioperasionalkan pada tahun 1902. Berarti umurnya sudah 100 tahun lebih. Sementara dua kereta penumpang berdinding kayu yang selalu setia menemani lokomotif ini di saat operasional kereta wisata adalah buatan tahun 1907. Lokomotif B25 dilihat dari segi usia memang sudah dapat dikatakan uzur.
Perusahaan kereta api NIS (Nederlandsch-Indische Spoorwegmaatschappij) membeli 5 (lima) unit lokomotif uap B25 untuk melayani angkutan militer dan untuk melalui rel bergerigi yang ada di rute Ambarawa – Secang. Jalur kereta api dari Ambarawa ke Secang (termasuk rel bergerigi rute Jambu-Bedono-Gemawang sepanjang hampir 6.5 kilometer) resmi beroperasi pada tanggal 1 Februari 1905.
Salah satu keunikan dari lokomotif uap B25 ini adalah memiliki roda gigi. Fungsi dari roda gigi ini bertugas untuk mengait rel bergerigi yang ada di bawahnya. Jika tidak ada roda gigi ini, kereta api tidak akan bisa menanjak. Posisi roda gigi ini berada di tengah, di antara roda-roda lokomotif lain yang berbentuk normal.
Keberadaan komponen roda gigi ini sangatlah vital. Penggunaan roda gigi memungkinkan kecuraman 65 persen dapat dilalui meskipun dengan kecepatan rendah 10 km/jam. Pada saat menurun, maka roda gigi berfungsi untuk menahan kecepatan kereta api.
Lokomotif uap B25 memerlukan bahan bakar dari kayu jati untuk mendidihkan air dan menggerakkan piston-piston. Lokomotif ini memiliki empat silinder, dua di antaranya hanya dipergunakan untuk menggerakan roda gigi. Kayu jati ini dipakai untuk memanaskan 2850 liter air dan uap air tersebut yang dipakai sebagai tenaga pembangkit.
Sebelum berangkat ketel harus terlebih dahulu dipanaskan. Setidaknya dibutuhkan waktu pemanasan lebih dari tiga jam. Pemanasan itu sendiri dilakukan agar suhu tungku mencapai puncak pemanasan yang dibutuhkan untuk menggerakkan roda, sekitar 235 derajat celcius. Dengan suhu setinggi itu, lokomotif dengan empat silinder ini mampu menghasilkan tenaga sebesar 4-5 kg/cm3 pada jalan mendatar dan 6-9 kg/cm3 saat merayap di jalan menanjak.
Saat ini masih tersisa 3 (tiga) unit lokomotif uap seri B25 yang masih bisa dijumpai yaitu lokomotif uap B25 02 dan B25 03 yang masih operasional untuk melayani kereta wisata rute Ambarawa – Bedono.
Sedangkan, lokomotif uap B25 01 menjadi monumen statis di Monumen Palagan Ambarawa (penanda kepahlawanan dan perjuangan). Di Sawahlunto (Sumatra Barat), juga ada lokomotif uap bergigi yaitu seri E10 yang pada masa lalu digunakan untuk angkutan batubara namun pada saat ini hanya dioperasionalkan untuk kereta wisata saja.