Jumat 26 May 2023 08:42 WIB

Cerita Unik Mahasiswa UMM Pelajari Toleransi di Polandia: Pernah Diajak ke Gereja

Avila jatuh cinta dengan kota Poznan karena suasana dan toleransinya.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
 Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Avilla Nadhif Firjatullah yang mendapatkan beasiswa dari Erasmus di WSB University, Polandia.
Foto: Dokumen
Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Avilla Nadhif Firjatullah yang mendapatkan beasiswa dari Erasmus di WSB University, Polandia.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Salah satu keuntungan berkuliah di luar negeri adalah mendapat kesempatan memaknai arti toleransi lebih dalam, baik dari perbedaan budaya maupun agama.

Hal tersebut dirasakan oleh mahasiswa Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Avilla Nadhif Firjatullah, yang mendapatkan beasiswa dari Erasmus di WSB University, Polandia.

Pria disapa Villa ini menceritakan bagaimana ia belajar toleransi di sana dengan menjadi minoritas. Sejak kecil, ia memang dibesarkan di lingkungan masyarakat mayoritas Muslim. Hal itu bertolak belakang dengan apa yang ia alami di Polandia yang memiliki banyak gereja.

Ia mendapatkan pengalaman menarik saat di Polandia. "Pernah suatu ketika diajak untuk datang ke gereja, karena teman tidak pernah melihat saya pergi ke gereja. Padahal alasan saya tidak ke gereja karena saya adalah seorang Muslim," jelasnya.

Menurut dia, kota Poznan adalah kota yang tidak begitu besar. Penduduknya hanya sekitar 500 ribuan. Meskipun begitu, dia jatuh cinta dengan Poznan karena suasana dan toleransinya.

Saat punya waktu luang, pria asal Tuban ini juga menyempatkan diri untuk mengunjungi beberapa destinasi dan mencoba berbagai makanan lokal. Salah satu yang ia sukai adalah pierogi, makanan khas yang sering dihidangkan untuk menerima tamu atau ada acara adat.

Pierogi di Indonesia itu mirip seperti pastel yang dijual di pasar. Makanan ini biasanya diisi dengan kentang, daging ayam, dan sayur-sayuran. Kadang juga berisi selai buah-buahan seperti stroberi, prem, lainnya.

Selama di Poznan, Villa lebih sering memasak sendiri. Hal itu tidak lepas dari mayoritas penduduk yang menganut agama non-Islam sehingga ia sangat berhati-hati dalam memilih makanan.

Beruntung, ia cukup mudah mencari bahan yang halal dan sehat di sana karena ada beberapa makanan yang diimpor dari negara-negara Muslim.

Menjalani hari jauh dari rumah juga tidak semenyeramkan yang ia bayangkan sebelumnya. Apalagi saat tahu biaya hidup di sana cukup terjangkau. Ditambah dengan akses, transportasi, dan fasilitas yang membuatnya hobi menjelajahi kota.

Ia juga berpesan ke anak-anak muda untuk berani mencoba hal baru dan tidak takut gagal. Hal ini siapa tahu awalnya dikira gagal, malah membawa ke keberhasilan. Bahkan, mungkin bisa mencapai hal yang sebelumnya dianggap mustahil.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement