Sabtu 27 May 2023 20:24 WIB

Laporan: Negara G20 Picu Perbudakan Modern, Tertinggi India Disusul China  

Pertumbuhan ekonomi di negara G20 picu perbudakan modern

Rep: Amri Amrullah / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi negara G20. Pertumbuhan ekonomi di negara G20 picu perbudakan modern
Foto: EPA/ Wu Hong
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi negara G20. Pertumbuhan ekonomi di negara G20 picu perbudakan modern

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY – Sebuah laporan terkait hak asasi manusia, menyebutkan negara G20 atau negara ekonomi besar dunia memicu kerja paksa dan menyumbang lebih dari separuh dari sekitar 50 juta orang yang hidup dalam perbudakan modern. Studi itu menurut sebuah laporan yang dirilis pada Rabu (25/5/2023).

Laporan dari lembaga Walk Free, sebuah kelompok hak asasi manusia yang berfokus pada perbudakan modern, mengatakan enam anggota Kelompok 20 negara atau G20 memiliki jumlah terbesar orang yang berada dalam perbudakan modern.

Baca Juga

India berada di urutan teratas dengan 11 juta orang, diikuti China dengan 5,8 juta orang, Rusia dengan 1,9 juta orang, Indonesia dengan 1,8 juta orang, Turki dengan 1,3 juta orang dan Amerika Serikat dengan 1,1 juta orang.

"Sebagian besar negara dengan prevalensi perbudakan modern terendah - Swiss, Norwegia, Jerman, Belanda, Swedia, Denmark, Belgia, Irlandia, Jepang, dan Finlandia - juga merupakan anggota G20," kata laporan tersebut.