Senin 29 May 2023 08:10 WIB

Biden Optimistis AS Bisa Lepas dari Gagal Bayar Utang

AS telah mencapai kesepakatan sementara terkait perpanjangan plafon utang.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Presiden Joe Biden berbicara di Ruang Roosevelt Gedung Putih, Minggu, 28 Mei 2023, di Washington. Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy mencapai kesepakatan akhir pada hari Minggu tentang kesepakatan untuk menaikkan plafon utang negara sambil mencoba memastikan cukup suara dari Partai Republik dan Demokrat untuk meloloskan langkah tersebut dalam minggu mendatang.
Foto: AP Photo/Manuel Balce Ceneta
Presiden Joe Biden berbicara di Ruang Roosevelt Gedung Putih, Minggu, 28 Mei 2023, di Washington. Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy mencapai kesepakatan akhir pada hari Minggu tentang kesepakatan untuk menaikkan plafon utang negara sambil mencoba memastikan cukup suara dari Partai Republik dan Demokrat untuk meloloskan langkah tersebut dalam minggu mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, sudah menyelesaikan perjanjian anggaran dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy untuk menangguhkan plafon utang 31,4 triliun dolar AS. Biden siap membawa kesepakatan tersebut ke Kongres untuk pemungutan suara.

"Saya pikir ini langkah maju yang sangat penting. Ini akan menghilangkan ancaman gagal bayar yang dahsyat, melindungi pemulihan ekonomi kita yang diperoleh dengan susah payah dan bersejarah," kata Biden dikutip dari Reuters, Ahad (28/5/2023).

Baca Juga

Setelah negosiasi beberapa pekan terakhir, McCarthy dan Biden membuat kesepakatan tentatif. Kesepakatan tersebut akan mencegah gagal bayar atau default destabilisasi ekonomi.

Departemen Keuangan AS memperingatkan pada Jumat pekan lalu akan terjadi jika masalah pagu utang tidak diselesaikan pada 5 Juni. Biden pun juga mwndesak agar kedua pihak meloloskan kesepakatan tersebut dan mengharapkan McCarthy memiliki suara yang diperlukan untuk meloloskan kesepakatan itu.

McCarthy sebelumnya meramalkan akan mendapat dukungan dari mayoritas rekan-rekannya dari Partai Republik. Kesepakatan tersebut mendapat kecaman dari Partai Republik garis keras dan Demokrat progresif, tapi Biden dan McCarthy yakin mereka memiliki cukup suara dari moderat di kedua sisi.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَرَزَقَنِيْ مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ اُخَالِفَكُمْ اِلٰى مَآ اَنْهٰىكُمْ عَنْهُ ۗاِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ
Dia (Syuaib) berkata, “Wahai kaumku! Terangkan padaku jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan aku dianugerahi-Nya rezeki yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya)? Aku tidak bermaksud menyalahi kamu terhadap apa yang aku larang darinya. Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.

(QS. Hud ayat 88)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement