REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Calon petahana Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada akhirnya memenangkan pemilu putaran kedua. Sejak dua dekade ia berkuasa, sejumlah kekacauan ekonomi menerpa Turki di sisi moneter dan makro, mulai dari lira yang ambrol, tekanan inflasi super tinggi, cadangan devisa merosot tajam, dan lainnya.
Sejumlah gangguan ini diyakini sebagai serangan dari Barat melalui beragam sanksi dan pembatasan. Kebijakan ekonomi Turki yang dilakukan untuk merespons tak lepas dari sejumlah langkah Erdogan. Ia memanfaatkan momentum potensi dalam negeri Turki dan kerja sama luar negeri untuk lepas dari jeratan serangan. Berikut diantaranya:
1. Upaya penyelamatan cadangan devisa
Ada sejumlah dana yang berhasil disuntikkan ke Turki yang digunakan untuk kebutuhan perekonomian. Salah satu diantaranya adalah saat Arab Saudi menandatangani perjanjian dengan Turki untuk menyimpan lima miliar dolar AS di Bank Sentral Turki. Hal tersebut dilakukan melalui Saudi Fund for Development (SFD).
Dikutip dari Reuters, pada Maret 2023, Menteri Keuangan Saudi Mohammed Bin Abdullah Al-Jadaan mengumumkan niat negaranya untuk melakukan deposit pada Desember. Tercatat, cadangan devisa bersih Turki pulih dari lebih dari enam miliar dolar AS pada musim panas lalu ketika berada pada titik terendah setidaknya dalam 20 tahun.
Deposito tersebut ditandatangani antara Ketua SFD Ahmed Aqeel Al-Khateeb, yang juga menteri pariwisata Arab Saudi. Begitu juga dengan Gubernur Bank Sentral Turki Sahap Kavcioglu.
Saat itu, Turki telah kehilangan sekitar 8,5 miliar dolar AS sejak gempa besar melanda wilayah selatan pada awal Februari 2023 yang menewaskan lebih dari 45 ribu orang. Bencana alam tersebut menyebabkan jutaan orang kehilangan tempat tinggal.
Cadangan internasional bersih bank sentral Turki turun sekitar 1,4 miliar dolar AS menjadi 20,2 miliar dolar AS dalam sepekan saat itu. Deposit Saudi 'menyelamatkan' Turki yang disebut sebagai mengikuti upaya bersama oleh Ankara dan Riyadh untuk memperbaiki hubungan yang putus setelah pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi pada 2018 di konsulat kerajaan di Istanbul.
Cadangan devisa Turki juga turun tajam dalam beberapa tahun sebelumnya karena intervensi pasar dan setelah krisis mata uang pada Desember 2021. Saat itu, lira kehilangan sekitar 30 persen nilainya terhadap dolar dan 44 persen pada 2021.
2. Skema menyelamatkan Lira
Turki punya skema penyelamatan mata uang Lira yang terus disempurnakan. Melalui persetujuan parlemen, pasar dalam negeri didorong untuk menggunakan lebih banyak Lira daripada mata uang asing dengan pemberian insentif pajak.