REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Peternak saat ini dikhawatirkan dengan penyakit kulit infeksius yang disebabkan Lumpy Skin Disease (LSD) atau lato-lato pada hewan ternak. Penyakit ini membayangi peternak saat penyakit mulut dan kuku (PMK) masih belum selesai.
Kekhawatiran tersebut bertambah menjelang Hari Raya Idul Fitri 2023 ini. Untuk itu, Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah pun memberikan edukasi kepada peternak terkait penyakit ini melalui kegiatan 'Sarasehan Geger Ternak Wabah Virus PMK dan LSD Sapi Lato-lato serta Keabsahan Hewan Kurban'.
Ketua MPM PP Muhammadiyah, M Nurul Yamien mengatakan, situasi yang dialami oleh peternak saat ini merupakan multi hazard mengingat virus LSD menyerang disaat karena wabah PMK belum selesai. Edukasi yang dilakukan menjadi langkah penyadaran dan pencerahan bagi para peternak di Indonesia.
Dalam pandangannya, Yamien menilai peternak di Indonesia kerap kali dihadapkan dengan persoalan di luar jangkauan dirinya, baik dari sisi regulasi sampai persoalan alami. “Karena itu ada, maka sikap kita adalah bagaimana menghadapi masalah itu, dan memperkecil sedemikian rupa dampaknya pada kehidupan kita," kata Yamien
Ia menuturkan, merebaknya virus yang menyerang hewan ternak tidak hanya berimbas pada kesehatan hewan. Namun, juga berimbas pada sosial-ekonomi. "Lebih-lebih menjelang Hari Raya Idul Adha, imbas wabah ini begitu terasa dirasakan oleh peternak-peternak kecil," ujar Yamien.
Dalam kegiatan ini, juga menghadirkan narasumber dari praktisi dan dokter hewan yakni Yuriadi. Selain itu, juga menghadirkan Dewan Pakar MPM PP Muhammadiyah yang sekaligus Guru Besar Fakultas Peternakan UGM, Ali Agus, serta Ketua Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Ruslan Fariadi.
Dari perspektif kesehatan hewan, Yuriadi mengatakan tanda-tanda hewan ternak yang terserang virus LSD memiliki gejala munculnya benjolan di kulit, mulai dari level ringan sampai berat. Pada level yang berat, bahkan sampai terjadi penebalan kulit yang terinfeksi virus LSD.
“Itu kalau dilakukan pengulitan pada hewan kurban, terjadi kemerahan di daging bawah kulit, bukan hanya kemerahan sampai juga kebiruan. Bahkan juga ada yang sudah mengalami busuk karena sudah ada belatungnya,” kata dia.
Meski begitu, ia menegaskan hewan ternak yang terinfeksi virus LSD ini masih bisa dikonsumsi setelah melalui proses pemasakan yang benar. Namun, pada bagian-bagian daging yang telah rusak karena terinfeksi virus, dikatakan sudah tidak bisa dikonsumsi.
Sementara itu, Ali Agus juga menuturkan dari sisi sosial-ekonomi, merebaknya virus PMK dan LSD ini akan menyebabkan kerugian bagi peternak. Dalam rangka mencegah kerugian tersebut, Ali menyarankan agar dilakukan pendekatan untuk penyembuhan ternak yakni melalui medik veteriner dan perbaikan nutrisi.
Ditinjau dari pendekatan agama untuk persiapan hewan kurban, Ruslan juga menyebut ada dua kriteria hewan kurban. Yakni secara fisik dan umur yang cukup. Artinya, untuk unta sudah berusia lima tahun, sapi berusia dua tahun, dan kambing berusia satu tahun.
Dalam pandangan Majelis Tarjih Muhammadiyah, lanjut Ruslan, setidaknya terdapat empat pantangan hewan kurban. Mulai dari hewannya tidak buta, sakit, pincang dan kurus kering.
Merujuk Rasulullah SAW, Ruslan menyebut, jika penyakit hanya berupa bintik-bintik dan tidak menyebabkan hewan sakit parah, maka itu diperbolehkan.
"Rasulullah itu fatanah, cerdas betul. Bahwa penyakit apapun yang kalau secara ahlinya mengatakan ini berbahaya jika dikonsumsi, maka sudah masuk kalimat bayyanah mardhuha atau hewan yang sakit," katanya.