Ahad 04 Jun 2023 22:09 WIB

Temui Jamaah Haji Demensia, Dampingi, dan Ajaklah Bicara

Pemerintah menyiapkan pelayanan khusus untuk lansia.

Beberapa fasilitas pendukung bagi lansia dan disabilitas di Madinah disiapkan bagi jamaah haji Indonesia.
Foto: Agung Sasongko/RepublikaTV
Beberapa fasilitas pendukung bagi lansia dan disabilitas di Madinah disiapkan bagi jamaah haji Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Agung Sasongko dari Makkah, Arab Saudi

 

Baca Juga

Marsini, 78 tahun, berulang kali menuju pintu keluar hotel tempat dia menginap. Dia lihat pintu tersebut, lalu kembali lagi duduk di tempatnya semula. Karena ekspresinya yang bingung, petugas mendekat dan bertanya. "Ibu mau ke mana?" kata salah seorang petugas.

"Ibu mau pulang, mau mandi, besok berangkat haji," kata Marsini, jamaah asal Grobogan, Jawa Tengah.

Lain lagi cerita Yul bin Yunus, 65 tahun, jamaah haji asal Jakarta Timur. Ia baru tiba Sabtu (3/6/2023) pagi. Ia menginap di Royal Madinah, yang berjarak hanya 500 meter dari Masjid Nabawi. Ia ditemukan petugas setelah berputar-putar di sekitar hotel tempatnya menginap dengan mimik wajah bingung. 

"Saya mau pulang ke rumah," kata dia.

"Ini di mana, ya, Mas?" kata di ke petugas.

Beruntung, Yul membawa kartu merah putih yang memudahkan petugas mengidentifkasi dari mana asal jamaah dan lokasi tempat mereka menginap. "Bapak rumahnya (penginapannya) di depan Pak," kata petugas.

Kasus Marsini dan Yul banyak dialami jamaah haji lansia. Secara fisik keduanya terlihat sehat dan bugar. Yul misalnya dengan cuaca yang cukup terik dan menyengat tanpa topi dan hanya mengenakan seragam batik beralas kaki sendal jepit berputar beberapa kali. Ini tandanya secara fisik kemungkinan tidak ada kendala.

Namun, kasus keduanya menyiratkan ada potensi disorientasi dan demensia. Hal umum yang jamak dialami usia 65 tahun ke atas. Kasi Kesehatan Daerah Kerja Madinah, Tahsin Al Farizi, membenarkan adanya kasus tersebut. Menurut dia, banyak faktor yang memengaruhi, misalnya kurang istirahat, asupan cairan yang kurang, dan perbedaan geografis.

Faktor lainnya, kata dia, perbedaan geografis karena perjalanan dengan durasi panjang, yakni 9 hingga 12 jam Ditambah kondisi fisik jamaah yang lelah ini memberikan dampak kepada jamaah. "Karenanya penting bagi petugas untuk memperhatikan secara detail kondisi jamaahnya. Ini berkaitan dengan penanganan lanjutan," kata dia.

Kepala Bidang Kesehatan Panitia Pernyelenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH) Arab Saudi dr Imran mengungkapkan, penanganan jamaah haji yang alami demensia bisa dilakukan dengan mengajak yang bersangkutan bercerita untuk mengembalikan ingatannya. Paling tidak ingatan di kampung, lalu tujuannya dari Tanah Air ke Tanah suci.

Selanjutnya, kata dia, jamaah tersebut diberi minum untuk mengembalikan cairan tubuhnya. Selanjutnya, penderita demensia, menurut dokter Imran, perlu didampingi karena ia bisa kembali lupa ingatan. "Pendampingnya itu yang akan selalu mengingatkan, me-recall selalu memorinya. Tidak masalah, kalau misalnya (pendampingnya) tetangga, atau orang dikenal saat di asrama haji udah kenal itu bisa," kata dokter Imran.

Soal ini, Menko Pembangunan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy dalam kunjungannya ke Madinah, Sabtu (3/6/2023) juga menyinggung masalah tersebut. Muhadjir mengapresiasi jamaah yang bersedia dan sukarela mendampingi jamaah lansia meski bukan keluarganya. Muhadjir pun mengusulkan agar Kementerian Agama memberikan insentif kepada mereka yang sukarela mendampingi dan memberikan layanan kepada jamaah lansia, utamanya yang berasal dari satu daerah.

"Kemarin saya lihat ada 4-5 orang lansia yang didampingi oleh jamaah. Itu saya kira bagus, mungkin nanti perlu dikembangkan juga oleh penyelenggaraan haji ini untuk memberikan semacam insentif, apalah gitu, untuk mereka yang bersedia menjadi pendamping," kata dia.

Diakui Muhadjir, perlu kerja keras semua pihak untuk memberikan prioritas kepada jamaah. Hal itu bisa dimulai dengan hal sederhana semisal mendahulukan pada lansia menaiki lift. "Yang muda-muda naik tangga walaupun gedung delapan lantai," kata dia.

Dari pantauan Republika, sejumlah imbauan berupa stiker banyak ditempel di seluruh hotel tempat jamaah menginap. Stiker-stiker ini memang dimaksudkan agar jamaah yang non-lansia dan petugas untuk tidak lupa ada prioritas yang harus didahulukan.  Stiker tersebut banyak berisi simbol-simbol kepedulian terhadap lansia. Seperti kursi roda. Juga ada tulisan seperti "Sayangi lansia" dan "Peduli Lansia"

Seperti diketahui, jumlah jamaah lansia dari Indonesia mencapai 60 ribu lebih. Kementerian Agama menyiapkan layanan khusus untuk jamaah haji Indonesia yang terkategori lansia. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement