Rabu 07 Jun 2023 06:08 WIB

Selamatan dan Tahlilan untuk Orang Meninggal, Mengapa NU dan Muhammadiyah Berbeda?

NU dan Muhammadiyah mempunyai dalil masing-masing terkait selamatan

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
Muslim saat melakukan ziarah kubur (ilustrasi). NU dan Muhammadiyah mempunyai dalil masing-masing terkait selamatan
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Muslim saat melakukan ziarah kubur (ilustrasi). NU dan Muhammadiyah mempunyai dalil masing-masing terkait selamatan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Selamatan adalah sebuah tradisi ritual yang hingga kini tetap dilestarikan oleh masyarakat Indonesia, khususnya di tanah Jawa. Selamatan bertujuan untuk mendoakan orang yang sudah meninggal agar mendapatkan keselamatan dan dijauhkan dari siksa kubur.

Selain itu, tradisi selamatan juga bertujuan untuk sedekah kepada warga sekitar dan kerabat serta semua orang yang hadir dalam pelaksanaan tradisi selamatan tersebut. Salah satu ritual selamatan yang dilakukan umat Islam Indonesia adalah tahlilan.

Baca Juga

Namun, tidak semua umat Islam Indonesia menjalankan tradisi tahlilan. Tradisi ini hanya dijalankan warga Nahdlatul Ulama (NU) berdasarkan dalil-dalil yang diyakini. Sedangkan, Muhammadiyah tidak menjalankannya karena memiliki dalil berbeda. Lalu, bagaimana dalil NU dan Muhammadiyah soal tahlilan atau selamatan?

Di kalangan warga NU, tahlilan biasanya dilaksanakan pada hari-hari tertentu, seperti tujuh hari berturut-turut dari kematian seseorang, hari ke-40, ke-100, atau ke-1000-nya. Tahlilan juga sering dilaksanakan secara rutin pada malam Jumat atau malam-malam tertentu lainnya.

Pelaksanaan tahlil pada hari berturut-turut di kalangan warga NU tersebut didasarkan pada dalil berikut:

Baca juga: Masuk Islam, Zilla Fatu Putra Umaga Pegulat WWE Ini Beberkan Alasannya yang Mengejutkan

ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻫﺪﻳﺔ ﺇﻟﻰﺍﻟﻤﻮتى ﻭﻗﺎﻝ ﻋﻤﺮ : ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺪﻓن ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺳﺒﻌﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺴﺎﺑﻊ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺧﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺨﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺇﻟﻰ ﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻷﺭﺑﻌﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﻣﺎﺋﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻤﺎﺋﺔ ﺇﻟﻰ ﺳﻨﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺇﻟﻰ ﺃﻟﻒ عام (الحاوي للفتاوي ,ج:۲,ص: ١٩٨

Rasulullah SW bersabda, “Doa dan sedekah itu hadiah kepada mayit.” Berkata Umar: “Sedekah setelah kematian maka pahalanya sampai tiga hari dan sedekah dalam tiga hari akan tetap kekal pahalanya sampai tujuh hari dan sedekah pada hari ke tujuh akan kekal pahalanya sampai 25 hari dan dari pahala 25 sampai 40 harinya lalu sedekah pada hari ke 40 akan kekal hingga 100 hari dan dari 100 hari akan sampai kepada satu tahun, dan dari satu tahun sampailah kekalnya pahala itu hingga 1.000 hari.” (Lihat Al-Hawi lil Fatawi Juz 2 Hal 198)

Bacaan ayat-ayat Alquran yang dihadiahkan untuk mayit menurut pendapat mayoritas ulama boleh dan pahalanya bisa sampai kepada mayit tersebut. Dari sahabat Ma’qal bin Yasar Ra bahwa Rasulallah SAW bersabda:  

وَ (يس) قَلْبُ القُرْآنِ، لَا يَقْرَؤُهَا رَجُلٌ يُرِيْدُ اللّٰهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَالدَّارَ الآ خِرَةَ إِلَّا غُفِرَلَهُ، إِقْرَءُهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ

“Surah Yasin adalah pokok dari Alquran, tidak dibaca oleh seseorang yang mengharap ridha Allah kecuali diampuni dosa-dosanya. Bacakanlah surah Yasin kepada orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian” (HR Abu Dawud, dan lain-lain).

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement