Sabtu 10 Jun 2023 22:42 WIB

Otak Astronaut Butuh Waktu 3 Tahun untuk 'Pulih' Setelah Pulang dari Luar Angkasa

Penerbangan luar angkasa menimbulkan banyak bahaya pada tubuh manusia.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Qommarria Rostanti
Astronaut (ilustrasi). Butuh waktu 3 tahun bagi otak astronaut untk pulih setelah dari luar angkasa.
Foto: republika
Astronaut (ilustrasi). Butuh waktu 3 tahun bagi otak astronaut untk pulih setelah dari luar angkasa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan pemindaian otak, para peneliti menemukan butuh tiga tahun bagi ventrikel untuk pulih sepenuhnya setelah melakukan perjalanan luar angkasa. Hal tersebut berdasarkan sebuah studi yang didanai oleh Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA).

Menurut studi, astronaut yang melakukan perjalanan di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) atau pesawat ulang-alik NASA dalam misi yang berlangsung setidaknya enam bulan mengalami perluasan yang signifikan dari ventrikel serebral, yaitu ruang di tengah otak yang berisi cairan serebrospinal. “Penerbangan luar angkasa menimbulkan banyak bahaya pada tubuh manusia termasuk peningkatan radiasi, paparan gaya berat mikro, dan isolasi sosial dan pengurungan di lingkungan tertutup,” kata penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports, dilansir Hindustan Times, Sabtu (10/6/2023).

Baca Juga

Berdasarkan data pemindaian otak dari 30 astronaut, para peneliti menemukan butuh tiga tahun bagi ventrikel untuk pulih sepenuhnya setelah perjalanan luar angkasa. Penulis utama dan ahli saraf University of Florida Heather McGregor mengatakan jika ventrikel tidak memiliki cukup waktu untuk pulih antara misi back-to-back, ini dapat memengaruhi kemampuan otak untuk mengatasi pergeseran cairan dalam gayaberat mikro.

“Misalnya jika ventrikel sudah diperbesar dari misi sebelumnya, mereka mungkin kurang patuh dan/atau memiliki lebih sedikit ruang untuk mengembang dan mengakomodasi perpindahan cairan selama misi berikutnya,” ujarnya.

Sementara itu, profesor fisiologi dan kinesiologi terapan University of Florida dan penulis senior studi Rachael Seidler mengatakan dampak ekspansi ventrikel pada penjelajah ruang angkasa saat ini belum diketahui. “Perlu lebih banyak tindak lanjut kesehatan jangka panjang. Ekspansi ventrikel ini kemungkinan menekan jaringan otak di sekitarnya,” ucap dia. Studi tersebut menyimpulkan misi yang lebih lama, beberapa penerbangan, dan waktu pemulihan antar misi yang lebih pendek menyebabkan perubahan cairan intrakranial yang lebih besar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement